Kemarin sempat baca novel sex and the city, celetukan disitu sempat nyentil kalangan saya. Gay itu cuma masalah hormonal saja kok .... Kecenderungan menjadi homosexual akan muncul dalam suatu kelompok populasi yang padat. Homosexualitas menjadi jalan keluar untuk menekan pertambahan manusia dalam populasi yang padat tersebut. Apa bener ya ?
Kalau sekilas dilihat bisa jadi juga, bahwa kebanyakan gay ada di daerah-daerah yang padat penduduknya, kota-kota besar. Tapi sebenarnya kota besar menjadi pilihan perantauan kaum gay karena lebih membebaskan mereka untuk berekspresi atau bersembunyi. Jadi bukan kota besar yang membentuk gay, mereka sudah tumbuh di desa-desa yang rindang dan lapang, setelah beranjak dewasa migrasi ke kota untuk menemukan kehidupan yang lebih bebas.
Atau bila dilihat adanya kemunculan gay dilingkungan yang segender, misalnya asrama sekolah laki-laki, pesantren, barak militer atau pelaut..... (hehehehe apa benar ada ya ? duuuuuuh .... mau dong.) Bisa jadi hormon yang disebar (feromon) akan saling berinteraksi dan menumbuhkan minat pada sejenis. Apalagi mandi bareng, makan bareng, bobo bareng ..... ya terjadilah sedemikian adanya.
Hormon yang mengarahkan pada diferensi gender sebenarnya adalah testoteron untuk ke laki laki dan estrogen bagi perempuan. Tetapi kedua hormon tersebut sebenarnya ada dalam diri setiap orang hanya kadarnya saja yang berbeda, lelaki memiliki lebih banyak testoteron sedangkan perempuan lebih banyak estrogen. Mungkin hal ini berkaitan atau menjadi dasar pembuatan skala sexualitas heterosexual ke homosexual yang diberikan point 1 hingga 10. Seorang hetero umumnya menduduki skala 1 hingga 3, sedangkan 4 sampai 7 ditempati oleh bisexual dan homosexual menempati skala 8 hingga 10. Skala ini menunjukkan kecenderungan hetero atau homosexualitas dalam diri setiap orang. Artinya dalam seorang heterosex absolut yang berada pada angka 1, masih ada 0,1 kandungan homosexualitasnya.
Testoteron pada perempuan juga semakin meningkat dengan pertambahan usia. Mangkanya banyak sekali nenek-nenek macho, karena semakin tua semakin meningkat kadar testoteron nya. Ke machoan ini ditandai dengan tumbuhnya bulu bulu halus diatas bibir, menyerupai kumis pada banyak perempuan paroh baya.
Tapi apa benar gay itu masalah hormonal saja ? kalau dilihat tipe-tipe gay yang bermacam-macam kelompok dan kasta, maka susah juga untuk menjadi fakta pendukung bahwa gay itu cuma masalah hormonal. Untuk transexual, baik yang sudah berubah secara biologis dengan terapi dan operasi maupun yang sekedar suka dandan perempuan, alasan hormonal ini bisa diterima. Tetapi untuk para gay yang macho, kekar kayak kuli, kumis japlang dan bicara nya garang. Tentu ga ada masalah dengan hormon nya mereka. Walah kalau gitu terus apa ya .......
Sorga, 19 09 10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H