Mohon tunggu...
Adhitya WIdyaningrum
Adhitya WIdyaningrum Mohon Tunggu... Atlet - Praktisi Perencana Kelistrikan

A dream is just a dream unless you make it happen. Start Now.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Matahari dan Laut, Potensi Terpendam Energi Terbarukan Kepulauan Nias

6 Desember 2023   06:25 Diperbarui: 6 Desember 2023   06:29 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Kepulauan Nias merupakan Kabupaten di sebelah barat Pulau Sumatera yang masuk ke dalam wilayah administrasi Provinsi Sumatera Utara yang memiliki potensi energi serta wisata kepulauan yang belum banyak terjamah. Letak geografisnya yang dekat dengan Singapura dan Malaysia, memungkinkan Pulau Nias menjadi alternatif tujuan para wisatawan mancanegara dari negara tetangga. Pulau Nias memiliki luas wilayah sekitar 5.625 km2. Kepulauan Nias terdiri dari lima daerah, yakni Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias Selatan, dan Kota Gunungsitoli dengan penduduk sekitar 1 Juta jiwa. Dengan potensi pariwisata yang cukup besar di Kepulauan Nias tersebut, penyediaan infrastruktur menjadi kunci perkembangannya, khususnya dari segi penyediaan infrastruktur listrik. 

Sistem kelistrikan Kepulauan Nias saat ini bersifat terisolasi atau belum tersambung ke sub-sistem Sumatera. Sistem Nias memiliki 2 buah Gardu Induk 70 kV yang terletak di Gunungsitoli dan Teluk Dalam, dengan kapasitas trafo 2 x 30 MVA dan 1 x 30 MVA. Energi listrik dari kedua Gardu Induk ini disuplai dari berbagai jenis pembangkit dengan total daya mampu sebesar 68 MW. Kondisi geografis yang berupa kepulauan menjadi penyebab utama Nias masih 100% tergantung kepada bahan bakar fosil (gas dan minyak bumi) hingga saat ini. 

Mengacu kepada RUPTL 2021-2030, pada tahun 2027 kebutuhan listrik di Nias akan mencapai 43,75 MW atau bertambah 7 MW dari beban puncak prediksi 2023 pada RUPTL 36,49 MW. Untuk memenuhi persyaratan reserve margin dari kapasitas pembangkitan saat ini, direncanakan penambahan pembangkit dalam sistem Nias dalam kurun waktu 5 tahun ke depan (2023-2027) yaitu PLTMG dan PLTBm (Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa), sedangkan untuk pemenuhan beban puncak masih akan tetap disuplai oleh PLTD dengan bahan bakar HSD (High Speed Diesel).

Faktanya, saat ini beban puncak Nias telah mencapai 40 MW, atau 4 MW lebih tinggi dari prediksi RUPTL. Pada bulan Agustus 2023, tercatat beban rata-rata siang hari sekitar 22 MW dan malam hari 38 MW. Pertumbuhan ini tidak terlepas dari upaya mengenalkan Kepulauan Nias kepada dunia melalui acara Aquabike World Cup yang diselenggarakan tahun ini. Di satu sisi hal ini sangat baik untuk mendorong pertumbuhan perekonomian masyarakat Kepulauan Nias, namun di sisi lain juga dapat menjadi penanda diperlukannya percepatan pembangunan pembangkit baru di Kepulauan Nias sekaligus menyukseskan komitmen pemerintah Indonesia untuk menuju Net Zero Emission tahun 2060. 

Pilihan Pengembangan Pembangkit Baru dan Terbarukan

Pada artikel ini tim kami yang merupakan Mahasiswa dari kelompok penelitian Ekonomi Energi, Program Magister Teknik Elektro, Sekolah Tinggi Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung akan mereview RUPTL (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik) dan melakukan analisis skenario optimalisasi pengembangan energi hijau atau energi baru dan terbarukan di Kepulauan Nias. Untuk mendukung komitmen Net Zero Emission, PLTD yang ada saat ini dapat dinonaktifkan sebagian dan menjadi cadangan suplai pada system (Reverse Shutdown/Black Start). 

Berdasarkan data yang telah dijelaskan dan hasil kajian, tim mencoba membuat analisa penambahan pembangkit dalam 5 tahun ke depan hingga tahun 2027 di sistem kelistrikan Pulau Nias dengan membuat 3 skenario pembangunan pembangkitan. Analisa dilakukan menggunakan aplikasi EnergyPlan dimana skenario ini memprioritaskan pengurangan penggunaan bahan bakar fosil atau HSD, dan peningkatan penetrasi EBT. Hasil yang ingin dicapai oleh tim adalah mengetahui nilai LCOE (Levelized Cost of Energy) dari setiap skenario dan biaya emisi CO2 dari setiap skenario, Selain LCOE dan biaya Emisi CO2, kajian energy security juga dilakukan melalui penilaian terhadap kondisi pembebanan, kualitas tegangan dan losses dari masing-masing skenario tersebut.

Opsi pertama sesuai dengan yang tercantum pada RUPTL, yaitu pembangunan PLTMG sebesar 2 x 10 MW dan PLTBm sebesar 9,8 MW sampai dengan akhir tahun 2027, tanpa adanya penetrasi EBT. Opsi ini dapat menurunkan LCOE menjadi sebesar Rp 2.136/kWh dari kondisi saat ini sebesar Rp 2.367/kWh, dengan Biaya Emisi CO2 selama 5 tahun mencapai Rp. 238,345 Milyar. Opsi kedua kami menambahkan PLTS sebesar 10 MW secara bertahap sampai dengan tahun 2027 untuk mengurangi pemakaian PLTD, yang ternyata dapat menurunkan LCOE menjadi Rp 1.995/kWh serta PLTG dengan proyeksi sebesar  MW. Pada opsi ketiga kami memperhitungkan penambahan Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut sebesar 8 MW pada tahun 2025 yang ternyata berdampak pada LCOE menjadi sebesar Rp 2.028/kWh. Skenario ketiga ini menghasilkan nilai biaya CO2 paling rendah dibandingkan dua skenario lainnya yaitu sebesar Rp. 204,296 Milyar. Artinya nilai ini ekivalensi dengan penurunan emisi CO2 sebesar 0,1 Metrik Ton CO2 dibandingkan dengan skenario RUPTL. 

Dari sudut pandang analisis energy security melalui penilaian terhadap tegangan dan losses Jaringan, dari 3 skenario yang diajukan, nilai terbaik dicapai oleh skenario ke-3 yaitu ketika penetrasi Renewable energy sebesar 38,30% dari total suplai energi primer dengan PLTS mencapai 54% dari keseluruhan Renewable Energy.

 Potensi Energi Terbarukan Terpendam  Pada Pulau Nias

Selain potensi pariwisata kepulauan yang menarik, Kepulauan Nias juga menyimpan potensi sumber daya baru dan terbarukan yang besar. Sebuah penelitian menghitung potensi energi rata-rata matahari di Kecamatan Gunung Sitoli, Nias adalah sebesar 4,45 kWh/m2. Jika dilengkapi dengan sistem penyimpanan energi yang tepat dan terhubung ke sistem, dapat membangkitkan energi listrik sampai dengan 22,6 MWp. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun