Ada yang menarik dari laporan Juru Bicara Pemerintah Untuk Percepatan Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto Sabtu (4/4/2020) di graha BNPB.
Kali ini selain melaporkan keadaan secara umum, memberikan himbauan, dan melaporkan update data kasus terbaru, ada yang menarik menurut pengamatan saya.
Yaitu pernyataan bahwa sebaran kasus sekarang muncul akibat pergerakan Orang Tanpa Gejala (OTG) dari kota-kota pusat penyebaran Covid-19 ke kota-kota di sekitarnya, ke keluarganya, ke rumah saudaranya.
Kota-kota pusat penyebaran Covid-19 dimaksud adalah kota-kota yang angka kasusnya tinggi, sejauh ini DKI Jakarta dan provinsi Jawa Barat adalah yang memiliki angka kasus tertinggi.
Dihimpun dari berbagai sumber, DKI Jakarta tercatat sampai dengan hari ini Minggu (5/4/2020) kasus positif Covid-19 sebanyak 1.143 kasus, sedangkan Jawa Barat 247 kasus.
Dengan mengacu pada data jumlah kasus di DKI dan Jawa Barat, maka pemudik dari dua provinsi tersebut sangat berpotensi menjadi carrier atau pembawa virus Covid-19 ke daerah.
Lantas bagaimana langkah antisipasi daerah yang kedatangan pemudik, hampir seluruh daerah sampai level desa sejauh ini sudah membentuk satgas penanganan Covid-19.
Aturan pemerintah terkait protokol kesehatan sesuai WHO, pemudik diberi status menjadi Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan wajib melakukan isolasi mandiri setelah tiba di desa nya selama 14 hari.
Maka satgas penanganan Covid-19 tingkat desa harus betul-betul mampu bekerja, terutama pelaksanaan dan pengawasan isolasi mandiri terhadap pemudik.
Isolasi mandiri perlu menjadi perhatian serius, karena pemudik ketika misal dirinya mudik tidak tahu kalau ternyata dalam kondisi positif Covid-19, pemudik tersebut kondisi tubuhnya bisa tanpa gejala sama sekali atau disebut sebagai Orang Tanpa Gejala (OTG).
Kalau kemudian pengawasan isolasi mandiri ini lemah, pemudik merasa karena dirinya tanpa gejala sama sekali, kemudian bepergian kemana saja sebelum masa isolasi mandiri selesai.