Mohon tunggu...
Robin Resolute
Robin Resolute Mohon Tunggu... -

lulusan fakultas Ilmu Pengtahuan Budaya UI

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mesir, Revolusi episode ke-2

10 Maret 2011   15:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:54 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Revolusi Mesir yang berhasil menggulingkan Hosni mubarak pada awal 2011 ini mengingatkan kita kepada The July Revolution tahun 1952 yang juga dipelopori oleh militer yakni Jenderal M.Naquib dan Kolonel Nasser. Latar belakangnya pun sangat mirip yakni ketidakpuasan atas kepemimpinan Raja Farouk I yang otoriter dan dikenal tamak dengan memiliki banyak aset pribadi dimana-mana sementara kondisi masyarakatnya pada masa itu sangat memprihatinkan, banyaknya pengangguran, kemiskinan, dan kriminalitas yang merajalela. Tak beda jauh dengan kondisi saat ini, revolusi di Mesir kembali bergulir dengan harapan dapat memperbaiki pemerintahan yang ada, dimana presiden saat ini Hosni Mubarak dianggap gagal dalam menjalankan roda pemerintahan dalam memajukan negaranya. Pihak militer pun kembali ambil bagian dalam revolusi ini dimana saat ini pimpinan tertinggi militer Mesir Mohhammed Hussein Tantawi mengisi kekosongan sebagai pejabat presiden sejak Hosni Mubarak mengundurkan diri dari jabatannya.

Dari awal berdirinya Republik Mesir pada 1952, setelah The July Revolution yg diusung oleh perwira tinggi militer yakni Gamal Abdel Nasser dan Muhammad Naguib sukses menggulingkan kekuatan absolut raja Farouk I, Mesir tercatat sudah tiga kali mengalami pergantian presiden dari Gamal Abdel Nasser, Anwar El-Sadat dan yang terakhir menjabat yakni Hosni Mubarak yang belum lama ini telah resmi mengundurkan diri pada februari 2011.

Dalam perjalanannya, setiap pergantian kursi kepemimpinan di Mesir selalu diwarnai dengan banyak kontroversi di dalamnya, berbagai intrik kotor selalu mewarnai dinamika Mesir dalam kehidupan sosio-politiknya, baik di dunia internasional maupun dalam negerinya, bahkan tak jarang campur tangan pihak Barat menjadi isu panas yang selalu membumbui berbagai pergolakan politik di Mesir. Kata REVOLUSI selalu didengungkan acap kali penggulingan kekuasaan atau pun pergantian presiden di Mesir. Akan tetapi, gaya kepemimpinan mereka dari era Nasser hingga sekarang ini masih tetap sama otoriter sejati.

Memang selalu ada positif dan negatifnya dari suatu perubahan, akan tetapi menurut saya yang terpenting bukanlah revolusi atau tidak, melainkan bagaimana menjaga semangat konsistensi dan ideologi demi pencapaian kesejahteraan suatu bangsa siapa pun pemimpinnya. Jangan terlena oleh euforia dari Revolusi itu sendiri, melainkan bersiaplah kawan-kawan di Mesir dalam menata pemerintahan baru yang pro_RAKYAT. Jangan sampai ketika pemimpin baru terpilih akan sama saja dengan yang terdahulu yang otoriter dan sibuk menimbun kekayaan pribadi. Kalau itu yang terjadi, Revolusi tidak lebih dari perebutan kekuasaan pihak-pihak yang tamak yang sebenarnya tidak pernah berniat untuk memajukan bangsanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun