Mohon tunggu...
Ropiyadi ALBA
Ropiyadi ALBA Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Pendidik di SMA Putra Bangsa Depok-Jawa Barat dan Mahasiswa Pasca Sarjana Pendidikan MIPA Universitas Indra Prasta Jakarta

Menjadi Pembelajar Sepanjang Hayat, membaca dan menulis untuk pengembangan potensi diri dan kebaikan ummat manusia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Manusia Silver di Tengah Pandemi

21 Agustus 2020   07:09 Diperbarui: 9 Juni 2021   07:37 3351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena "Manusia Silver" mungkin sudah tak asing lagi bagi kebanyakan orang. Pada awalnya "Manusia Silver" hadir sebagai bagian dari seni pertunjukan (happening art), kemudian bergeser menjadi bagian dari atraksi yang disediakan event organizer dalam menata sebuah acara. Namun beberapa waktu terakhir ini, mereka sering kali kita jumpai beraksi di berbagai titik persimpangan lampu merah. 

Sesuai dengan namanya "Manusia Silver", mereka mengecat tubuhnya dengan cat silver (perak). Cat silver ini berasal dari cat sablon yang terkadang dicampur minyak tanah atau minyak goreng untuk menambah mengkilap tubuh mereka. 

Sosok manusia silver tersebut biasanya terlihat paruh baya, namun tak jarang pula ada yang merupakan anak di bawah umur. Aksi meminta sumbangan acapkali dengan membawa kardus dan tanpa bersuara, menjadi salah satu ciri khas manusia silver. 

Bahkan ada beberapa pelakunya yang memilih diam tak bergerak, untuk mengesankan dirinya sebuah patung demi menggerakkan hati orang-orang untuk beramal. 

Baca juga: Manusia Silver sebagai Salah Satu Dampak dari Pandemi

Namun ada juga yang melakukan street performance dengan membaca puisi, menyanyi, bahkan belakangan mereka juga terlihat ikut "mengatur" lalu lintas.

Fenomena keberadaan "manusia silver" merupakan salah satu fenomena sosial yang terjadi di wilayah urban atau kota-kota besar. Tujuan kehadiran mereka di jalan-jalan tidak lepas dari keterpaksaan untuk memenuhi kebutuhan hidup. 

Mereka harus rela mengorbankan tubuhnya dengan dilumuri cat berwarna silver, yang bukan tanpa resiko. Rasa gatal-gatal mereka rasakan, belum lagi sengatan matahari yang cukup panas. 

Pada awalnya kehadiran mereka di jalanan menarik simpati warga yang melintas, namun seiring berjalannya waktu, kehadiran mereka kini dinilai mengganggu ketertiban. Paling tidak jika dilihat dari sudut pandang Dinas Sosial. 

Beberapa dinas sosial di kota-kota besar, telah melakukan penertiban dan menangkap sejumlah manusia silver dalam razia Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).

Sementara itu, menurut Sosiolog dari Universitas Indonesia (UI), Lidya Triana, "pandemi Covid-19 merupakan salah satu penyebab munculnya banyak manusia silver di jalanan, orang yang terimbas perekonomiannya karena pandemi pun memilih menyambung hidup menjadi manusia silver". 

Baca juga: Pengamen Ondel-ondel Meninggikan Budaya Betawi atau Sebaliknya? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun