Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah bajak mempunyai dua arti. Arti yang pertama, bajak adalah perkakas pertanian yang terbuat dari kayu atau besi untuk menggemburkan dan membalikkan tanah. Sementara arti yang kedua, bajak adalah penyamun atau pengacau. Merunut pada arti yang kedua, maka kata bajak jika mendapat imbuhan me- menjadi membajak, yang artinya mengambil dengan paksa untuk maksud tertentu; mengambil ciptaan orang lain tanpa sepengetahuan dan seizinnya
Saat ini kata "bajak" cukup menjadi sorotan setelah Presiden Joko Widodo dalam pidato kenegaraannya pada Sidang Tahunan MPR/DPR-DPD pada Jumat (14/8) di Senayan, setidaknya 4 kali menyebutkan ajakan untuk "bajak momentum krisis". Ajakan ini ditegaskan sehubungan dengan penurunan pertumbuhan ekonomi nasional hingga menyentuh minus 5,32 persen di kuartal kedua.Â
Jokowi mengatakan:"Inilah saatnya kita membenahi diri secara fundamental, melakukan transformasi besar, menjalankan strategi besar. Strategi besar di bidang ekonomi, hukum, pemerintahan, sosial, kebudayaan, termasuk kesehatan dan pendidikan. Saatnya kita bajak momentum krisis untuk melakukan lompatan-lompatan besar"
Istilah dari ajakan "bajak momentum krisis" menimbulkan sejumlah pertanyaan, mengapa diksi ini yang dipilih?. Â Lalu apa sebenarnya makna dari ajakan "bajak momentum krisis" tersebut?. Analis komunikasi politik Lembaga Survei KedaiKOPI, Hendri Satrio mengatakan, kalimat itu mengindikasikan Jokowi ingin menjadikan momentum krisis akibat pandemi virus corona ini sebagai titik tolak untuk bergerak cepat.
Sementara itu, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) melalui Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera mengkritik pidato Jokowi tersebut. Ia mengatakan bahwa, 'lompatan besar' yang diminta Jokowi sulit dilakukan saat ini. Menurut Mardani, banyak sektor yang harus diperbaiki, di antaranya sektor kesehatan, ekonomi, dan pendidikan. "Jangankan melompat, berjalan pun kita susah kalau tidak ada perubahan fundamental", kata Mardani.
Melihat arti kata "bajak" pada pengertian kedua pada KBBI, sesungguhnya menyiratkan makna yang negatif. Namun lagi-lagi memang Jokowi tengah mengajarkan kita untuk mengubah mind set kita. Setelah sebelumnya orang ramai mempermasalahkan arti new normal yang kemudian dibakukan artinya menjadi kenormalan baru.Â
Presiden Jokowi mencoba mengubah mind set kita, bahwa momentum krisis dapat bahkan harus kita bajak, artinya kita ambil alih dan manfaatkan menjadi momentum untuk melakukan perubahan fundamental, tidak hanya untuk bangkit dari krisis namun berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi menjadi 4 -5 persen di tahun 2021.
Pilihan kata "bajak momentum krisis" sebenarnya mengandung makna optimisme di tengah kondisi ketidakpastian ekonomi akibat pandemi covid-19. Namun sebuah optimisme saja tidak cukup, jika tidak didukung oleh langkah -langkah yang cepat, akurat, dan fundamental.Â
Semua Kementrian dan bidang terkait tidak boleh lagi bergerak sendiri-sendiri, namun sudah saatnya bergerak secara sinergis dan menuju kepadanya visi dan misi yang sama. Sebuah"lompatan besar" yang diharapkan dapat terwujud, manakala seluruh energi segenap komponen bangsa dapat dikerahkan secara simultan tanpa ada yang menggerogotinya.
Krisis yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi menyentuh angka minus 5,32 persen ini jangan sampai mengarahkan kepada terjadinya resesi. Untuk itu, pristiwa ini dapat dijadikan sebagai titik tolak untuk membenahi setiap hal yang menghambat derap langkah perubahan menuju terwujudnya tujuan Indonesia merdeka.
Pandemi covid-19 seolah telah menjadi "penjajah" baru yang harus segera kita usir dari bumi Pertiwi. Sebagaimana mengusir penjajah dahulu, mengusir covid-19 juga membutuhkan persatuan dan kesatuan seluruh komponen bangsa, sikap rela berkorban, bahkan berani mati demi kepentingan bangsa dan negara.Â