Mohon tunggu...
Ropiyadi ALBA
Ropiyadi ALBA Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Pendidik di SMA Putra Bangsa Depok-Jawa Barat dan Mahasiswa Pasca Sarjana Pendidikan MIPA Universitas Indra Prasta Jakarta

Menjadi Pembelajar Sepanjang Hayat, membaca dan menulis untuk pengembangan potensi diri dan kebaikan ummat manusia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hakekat Manusia dalam Perpektif Pendidikan

12 Juli 2020   17:28 Diperbarui: 28 Mei 2021   18:39 7827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memahami Hakekat Manusia dalam Perpektif Pendidikan (unsplash/sigmund)

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna, karena telah diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Tidak hanya sempurna dari susunan biologis dan fisiologisnya, namun juga dilengkapi dengan akal pikiran, hati, dan perasaan sehingga membuatnya layak mengemban amanah berat sebagai "Kholifatul fil Ardh".

Dengan kesempurnaan penciptaan tersebut, apakah setiap manusia masih perlu dididik, yang implikasinya setiap orang harus melaksanakan pendidikan dan mendidik diri sendiri. 

Permasalahannya, apakah manusia mungkin atau dapat dididik?. Hubungan antara manusia dengan pendidikan diawali dari pertanyaan: "Apakah manusia dapat dididik?, Ataukah manusia dapat tumbuh dan berkembang sendiri menjadi dewasa tanpa perlu dididik?".

Meskipun disadari pengetahuan itu penting, namun masih sering  muncul pertanyaan untuk apakah manusia memerlukan pendidikan?, bukankah tanpa pengetahuan manusia juga bisa hidup. 

Bagi manusia, kegiatan mengetahui merupakan kegiatan yang secara hakiki melekat pada cara beradanya sebagai manusia. 

Baca juga :Perspektif Pendidikan, Keagamaan, dan Sosial Kemasyarakatan

Istilahnya dalam filsafat ilmu "knowing is a mode of being". Secara kodrati manusia memiliki hasrat untuk mengetahui. Ada yang hasratnya besar sehingga upaya pencarian pengetahuan sangat tinggi dan tidak kenal menyerah. 

Akan tetapi, ada pula yang hasratnya rendah atau biasa-biasa saja sehingga tidak bermotivasi mencari pengetahuan. Namun demikian, dapat dikatakan bahwa semua manusia punya keinginan untuk tahu.

Dalam arti sempit pengetahuan hanya dimiliki makhluk yang bernama manusia. Memang ada yang berpendapat berdasarkan instingnya, binatang memiliki 'pengetahuan'. 

Misalnya, setiap binatang tahu akan ada bahaya yang mengancam dirinya atau ada makanan yang bisa disantap. Seekor harimau tahu persis apakah ada binatang di sekitarnya yang dapat dimangsa atau tidak. 

Seekor tikus juga tahu bahwa di sekitarnya ada kucing yang siap menerkam dirinya sehingga berdasarkan instingnya dia segera mencari tempat yang aman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun