Mohon tunggu...
Ropiyadi ALBA
Ropiyadi ALBA Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Pendidik di SMA Putra Bangsa Depok-Jawa Barat dan Mahasiswa Pasca Sarjana Pendidikan MIPA Universitas Indra Prasta Jakarta

Menjadi Pembelajar Sepanjang Hayat, membaca dan menulis untuk pengembangan potensi diri dan kebaikan ummat manusia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Hari Lahir Pancasila Jatuh pada 1 Juni?

1 Juni 2020   14:51 Diperbarui: 1 Juni 2020   18:16 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang bayi dikatakan telah lahir manakala ia telah keluar dari rahim ibunya, setelah sekitar 9 bulan tumbuh sebagai embrio. Di dalam rahim, seorang bayi dipersiapkan bekal berupa asupan gizi yang cukup untuk dapat hidup dan berkembang tatkala ia lahir nanti. Walaupun terkadang seorang ayah atau ibu telah mempersiapkan nama bagi sang bayi, namun ketika bayi itu masih dikandungan, maka belumlah nama itu sah. 

Pengesahan nama bayi biasanya diberikan sesaat setelah bayi itu lahir dengan selamat. Pengesahan secara administrasi kependudukan biasanya ditandai dengan pencatatan pada akta kelahiran, sementara pengesahan secara agama bisa ditandai dengan acara selamatan atau akikah. Pada akta kelahiran biasanya dituliskan nama sang bayi(anak), waktu dan tempat kelahiran , dan nama kedua orang tua.

Hal di atas merupakan sebuah analogi dari sesuatu yang disebut "Hari Lahir". Berbicara hari lahir Pancasila, sebaiknya tidak lepas dari sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia.

Sebagaimana kita ketahui, beberapa bulan sebelum Jepang menyerah kepada sekutu, Jepang telah berjanji memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Untuk itu Jepang memfasilitasi pembentukan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Jumbi cosakai, dimana komposisi pada BPUPKI masih ada orang Jepangnya, seperti Ichibangase.

Dalam sidang BPUPKI pada tanggal 29Mei -1 Juni 1945 yang fokus pada rumusan dasar negara, maka tampilan 3 orang pendiri bangsa yaitu Mohammad Yamin, Mr Soepomo, dan Ir Soekarno. Mereka menyampaikan gagasan mereka tentang apa yang mendasari Indonesia merdeka, yang kemudian disebut sebagai dasar negara.

Pada tanggal 29 Mei 1945, Mohammad Yamin menyampaikan rumusan dasar negara yang diajukan secara tertulis, yaitu:            1.Ketuhanan Yang Maha Esa              2.Kebangsaan Persatuan Indonesia              3.Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab  4.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.                                         5.Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Kemudian pada tanggal 31 Mei 1945 Mr Soepomo, menyampaikan pidatonya berupa usulan lima rumusan untuk dijadikan dasar negara, yaitu:                                                

 1.Persatuan                                           2.Kekeluargaan                                 3.Keseimbangan lahir dan batin   4.Musyawarah                                               5.Keadilan rakyat

Barulah pada tanggal 1 Juni 1945, Ir Soekarno menyampaikan pidatonya pada sidang BPUPKI yang berisi gagasan mengenai dasar negara,yaitu :                                              

1.Kebangsaan Indonesia
2.Internasionalisme dan perikemanusiaan
3.Mufakat atau demokrasi
4.Kesejahteraan sosial
5.Ketuhanan yang Maha Esa

Setelah ketiga tokoh tersebut menyampaikan pidatonya tentang usulan dasar negara, tidak serta merta BPUPKI mengesahkan salah satu dari ketiga usulan tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun