Mohon tunggu...
Ropiyadi ALBA
Ropiyadi ALBA Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Pendidik di SMA Putra Bangsa Depok-Jawa Barat dan Mahasiswa Pasca Sarjana Pendidikan MIPA Universitas Indra Prasta Jakarta

Menjadi Pembelajar Sepanjang Hayat, membaca dan menulis untuk pengembangan potensi diri dan kebaikan ummat manusia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gundah Gulana Karena Corona

5 Maret 2020   18:10 Diperbarui: 5 Maret 2020   18:17 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari terakhir ini, pemberitaan di media massa kembali diramaikan oleh pemberitaan seputar virus Corona. Virus Corona atau Covid 19 (Corona Virus Disease 2019) kembali ramai diberitakan di media massa tanah air setelah Presiden Jokowi mengumumkan ada dua orang WNI warga Depok-Jawa Barat positif terjangkit virus Corona pada hari Senin 2 Maret lalu. Kedua orang tersebut dinyatakan positif setelah sebelumnya melakukan kontak fisik dengan warga negara Jepang (yang lebih dulu dinyatakan positif terjangkit virus Corona) dalam suatu acara di Jakarta. 

Kejadian ini telah membuat sebagian masyarakat panik, dan melakukan tindakan yang bersifat kurang rasional. Banyak di antara mereka yang langsung melakukan aksi borong masker, akibatnya stok masker di pasaran berkurang sehingga berlaku hukum ekonomi:"Jika Permintaan meningkat, maka tingkat harga naik". Ada juga sebagian masyarakat yang takut keluar rumah, apalagi untuk mendatangi tempat-tempat keramaian. Seolah virus Corona adalah sosok Monster yang dapat mencabut nyawa siapa saja, dimana saja, dan kapan saja dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Padahal tiap hari, ada di antara kita yang makan di pinggir jalan, yang piring / mangkuknya dicuci di ember bercampur debu dan asap knalpot, tapi kita tidak takut tertular Tuber closis (TBC), hepatitis atau types. Tapi sekarang tiba-tiba peduli hygienis sampai borong hand sanitizer. Padahal data tahun 2019 menunjukkan bahwa tingkat kematian akibat TBC di Indonesia 300 orang perhari atau 108.000 orang pertahun dan tertinggi ketiga setelah China dan India.

Ada di antara kita yang tiap hari menyerobot lampu merah, melawan arus lalu lintas, mengebut seakan tidak takut mati. Tapi sekarang tiba-tiba takut mati terkena virus Corona sampai borong masker. Padahal tingkat kematian akibat kecelakaan lalu lintas di Indonesia termasuk penyumbang tertinggi di dunia. Ada sekitar 26.000 - 29.000 orang meninggal di Indonesia tiap tahunnya akibat kecelakaan lalu lintas.

Tiap hari sebagian kita membaca "rokok membunuhmu" tapi sebagian kita tetap saja merokok tanpa memperdulikan kesehatan diri sendiri dan orang sekitar, namun sekarang tiba-tiba peduli kesehatan. Padahal tingkat kematian akibat rokok di Indonesia sangat tinggi, yaitu berada pada angka 230.000 orang pertahun.

Kalau kita lihat data terakhir yang ditulis https://m.cnnindonesia.com/internasional/20200305090220-134-480674/who-sebut-tingkat-kematian-akibat-virus-corona-meningkat, korban meninggal akibat virus Corona di seluruh dunia sampai pada hari Kamis, 5 Maret 2020 mencapai 3.254 orang, sedangkan mereka yang dinyatakan sembuh mencapai 51.171 orang. Sementara itu kasus infeksi virus corona secara global tercatat mencapai 95.124 orang. Dari data ini dapat ditafsirkan bahwa tingkat kematian akibat virus Corona sebesar 3,42 % dan tingkat kesembuhan sebesar 53,79 % dan sisanya telah berangsur membaik.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas sebaiknya kita tetap waspada terhadap penyebaran virus Corona namun tidak bertindak irasional dan emosional. 

Lalu ada hal mendasar yang sering kita lupakan terhadap setiap peristiwa, terlebih pada hal-hal yang bersifat seolah tiba-tiba. Ketika mendengar virus Corona sebaiknya pertama kali yang kita ingat bukan virusnya, bukan pula akibat yang ditimbulkannya. Namun yang harus kita ingat adalah yang menciptakan virus tersebut. Sebagai umat beragama kita sepakat bahwa pada hakikatnya virus Corona adalah ciptaan Allah SWT. Pekerjaan virus sebagaimana makhluk Allah yang lain adalah senantiasa bertasbih kepada-Nya. Allah SWT yang telah menetapkan dan mengizinkan virus Corona untuk memberikan penyakit dan menyebabkan kematian kepada sebagian orang, dan menyembuhkan serta menjauhkan kepada sebagian yang lain . Tanpa virus Corona pun kita pasti mati. 

Selanjutnya yang perlu kita lakukan adalah bukan kepanikan, namun mencari sebab mengapa hal ini dapat terjadi. Kepanikan tidak akan menyelesaikan masalah, justru akan menimbulkan masalah baru. Dari kejadian ini kita telah belajar banyak hal, dari yang paling sederhana seputar menjaga kebersihan. Berawal dari kebersihan diri sendiri, kebersihan apa yang kita makan, serta harus banyak berdo'a dan mengingat Allah SWT karena tanpaNya kita bukanlah apa-apa, dan bukan siapa-siapa. Baca juga https://www.kompasiana.com/ropiyadi19360/5e342d4cd541df3624665822/perang-melawan-virus-corona


Referensi:
1.https://www.google.com/amp/s/www.voaindonesia.com/amp/4849081.html

2.https://beritajatim.com/postingan-anda/who-indonesia-sumbang-kecelakaan-tertinggi-di-dunia/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun