Usia kemerdekan bangsa Indonesia kala itu masih seumur jagung. Proklamasi kemerdekaan yang sejatinya telah berhasil membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajah, nyatanya belumlah seperti yang diharapkan.Â
Kalahnya Jepang dan menyerah tanpa syarat dalam perang melawan tentara sekutu, ternyata dimanfaatkan oleh tentara Belanda untuk kembali menjajah bangsa Indonesia yang baru dilahirkan.Â
Dengan mendompleng kehadiran tentara sekutu di bawah pimpinan Inggris, Belanda dengan menggunakan nama NICA (Netherland Indies Civil Administration) berniat ingin kembali menjajah Indonesia. Kenyataan ini telah memicu perlawanan di banyak daerah seperti Surabaya, Bandung, Medan, Ambarawa, Manado, dan Bali.
 Perlawanan rakyat Indonesia yang paling menjadi sorotan tentara sekutu adalah perlawanan rakyat Surabaya. Rakyat surabaya tidak gentar dengan serangan yang dilancarkan sekutu. Melalui sebuah resolusi yang dikeluarkan pada tanggal 22 Oktober 1945 oleh seorang ulama kharismatik - KH Hasyim Asy'ari- kepada pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia semakin membuat berkobar api semangat di setiap pemuda untuk mengusir penjajah dari bumi pertiwi, sampai pada akhirnya seorang pimpinan pasukan Inggris Brigjend AWS Mallaby tewas dalam pertempuran Surabaya. Hal ini membuat Inggris marah dan berniat membumihanguskan kota Surabaya dan mengeluarkan ultimatum pada 10 November 1945 agar seluruh rakyat Indonesia dan para laskar segera menyerah dan melucuti senjata-senjata mereka.Â
Berkat kegigihan rakyat Surabaya yang dimotori oleh seorang pemuda "Bung Tomo" dan didukung oleh para ulama seperti KH. Hasyim Asy'ari dan KH Wahab Hasbullah serta para santrinya, maka tentara sekutu dapat dikalahkan dan dipukul mundur. Untuk kemudian hari peristiwa yang terjadi pada 10 November 1945 ini dikenal dan diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Bila kita berkaca pada peristiwa sejarah tersebut, maka akan tampak sekali nilai-nilai kepahlawanan yang dapat kita ambil. Sikap rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara harus dikedepankan agar tujuan bernegara yang dicita-citakan dapat tercapai. Seorang yang dikenal sebagai pahlawan, sudah tidak lagi memikirkan nasib golongannya, keluarganya, apalagi hanya memikirkan dirinya sendiri.Â
Bagi para pahlawan nilai dirinya sudah tidak ada harganya lagi, semuanya telah ia gadaikan demi kemajuan dan kemerdekaan bangsanya dari belenggu penjajahan.Â
Rasa takut akan kematian dan takut akan masa depan semuanya telah sirna dan berganti dengan sebuah tekad pantang menyerah demi masa depan anak cucu yang lebih maju dan berdaulat.
Sudah 74 tahun peristiwa perang Surabaya itu berlalu, namun semangat para pahlawan akan tetap relevan sampai kapanpun jua. Saat ini musuh utama bangsa Indonesia bukanlah tentara sekutu maupun Belanda dan Jepang.Â
Saat ini banyak sekali permasalahan yang merupakan "musuh" dan sedang membelit serta menguasai bangsa Indonesia, yang ini semua merupakan permasalahan bersama bangsa Indonesia.Â
Permasalahan yang ada saat ini sudah cukup komplek meliputi seluruh dimensi hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara, mulai dari ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, sampai pertahanan dan keamanan.Â