Beredarnya bocoran nama-nama menteri kabinet Jokowi jilid II beberapa hari lalu dibantah oleh sejumlah pihak dan dinilai merupakan berita hoaks yang dilakukan oleh orang iseng. Pihak yang membantah berita yang sudah tersebar dan viral di sosial media tersebut berasal dari pihak pemerintah maupun dari PDI-P selaku pendukung utama Jokowi-Ma'ruf pada Pilpres yang lalu.
Dari berita yang beredar tersebut muncul beberapa nama baru seperti Agus Hari Mukti Yudoyono (AHY),Asmara tsamany Alatas, Adian Napitupulu,Budiman Sudjatmiko, dan Fadli Zon . Sepertinya kemunculan berita hoaks belum bisa hilang dalam ranah publik tanah air.
Bisa jadi berita tersebut memang sengaja disebarluaskan oleh pihak -pihak tertentu untuk menjadi test of water dan menunggu respon dari masyarakat.
Kalau melihat susunan menteri yang ada dalam berita tersebut, yang cukup menjadi perhatian adalah munculnya nama Fadli Zon sebagai menteri perdagangan.
Fadli Zon yang selama ini dikenal sebagai wakil ketua DPR RI dan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, merupakan orang yang cukup vokal terhadap pemerintah. Dan sekali lagi, kalau berita ini benar dan menjadi kenyataan berarti pososi Gerindra menjadi bagian dari koalisi pemerintah.
Kemungkinan masuknya Gerindra dalam barisan koalisi pemerintah, dapat dilihat dari beberapa rangkaian peristiwa sebelumnya. Mulai dari pertemuan dengan Jokowi di stasiun MRT 13 Juli lalu, Diplomasi "nasi goreng" dengan Megawati 24 Juli, sampai kehadiran Prabowo pada kongres V PDI-P di Bali pada 8 Agustus.
Kalau pada akhirnya bergabungnya Gerindra dalam koalisi pemerintah menjadi kenyataan, maka posisi parpol yang berada diluar pemerintahan kemungkinan tinggal PKS saja.Â
Kedekatan Megawati dengan Prabowo beberapa hari terakhir ini, sejadinya membuat resah beberapa anggota koalisi yang sejak awal mendukung Jokowi. Apalagi isu yang beredar mengatakan dari pertemuan Megawati dan Prabowo melahirkan kesepakatan-kesepakatn seputar posisi kedua partai di parlemen dan kabinet.
Misalnya saja partai Nasdem. Nasdem melalui ketua umumnya Surya Paloh, mengadakan pertemuan dengan Anies Baswedan di Gondangdia bersamaan waktunya dengan pertemuan Megawati dan Prabowo di Teuku Umar.
Dari pertemuan ini, seolah Surya Paloh ingin menunjukkan eksistensinya sebagai partai yang banyak berjasa dalam menaikkan Jokowi, namun ketika ada kesepakatan dengan parpol di luar koalisi (Gerindra) ia tidak dilibatkan.
Di lain pihak kedekatan Prabowo dengan Megawati telah membuat jarak antara Prabowo dengan pendukungnya terutama dari kalangan PA 212. Mereka mengatakan bahwa Imam (pemimpin) mereka bukanlah Prabowo melainkan HRS yang saat ini sedang di Makkah.