Mohon tunggu...
Ropi pratiwi
Ropi pratiwi Mohon Tunggu... -

nama saya ropi pratiwi saya anak ke2 dari 4 bersaudara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tugas Cerita Daur Ulang "Perjalanan Menjadi Siswi SMA Tunas Nusantara"

7 November 2014   18:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:23 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Nama saya Ropi , saat itu saya berusia 15 tahun. Saya baru saja menyelesaikan pendidikan di tingkat Smp. Langkah untuk kedepannya adalah melanjutkan pendidikan saya menuju tingkat SMA. Sebelum saya mendapatkan sehelai kertas yang berupa suatu penghargaan nilai saya selam 3 tahun belajar di smp yaitu adalah Ijazah. Saya mulai mencari-cari sekolah SMA yang terdapat di daerah Tangerang.Satu persatu saya mendatangi sekolah SMA yang ada di Tangerang.Saat itu saya , pergi bersama teman saya yang bernama Widia kami berdua telah sepakat untuk bersekolah bareng.Beberapa hari kemudian Widia teman saya itu mendapatkan sebuah informasi bahwa ada sekolah SMA bangunan baru yang tempatnya di daerah Regency dekat dengan pasar Sangiang . Nama sekolah SMA tersebut adalah SMA Tunas Nusantara. Saya bersama ibu berniat untuk mencari dan mendatangi sekolah itu dengan tujuan untuk mendaftarkan saya sebagai murid baru di sekolah tersebut. Pagi-pagi sekitar pukul 08.30 WIB saya dean ibu pergi untuk mencari sekolah tersebut. Di tengah perjalanan  saya dan ibu merasa kebingungan dan merasa sangat sulit sekali untuk menemukan sekolah SMA tersebut.Karena, hampir setiap orang di sekitar pasar saat saya dan ibu bertanya tentang keberadaan sekolah tersebut tidak ada yang tahu. Saya dan ibu terus berjalan menyusuri ujung pasar Sangiang itu. Ibu mulai bertanya kembali kepada seorang bapak-bapak yang sedang berdagang di pasar itu dan rupanya seorang bapak-bapak itu mengetahui keberadaan sekolah SMA Tunas Nusantara.Saya dan ibu di antar oleh bapak-bapak untuk ke sekolah SMA itu. Sesampainya di sana saya dan ibu bertemu dengan penjaga sekolah dan bapak kepala sekolah . Lalu, saya di beri selembar kertas formulir untuk di isi biodata saya. setelah, saya dan ibu berbincang-bincang dengan bapak kepala sekolah saya dan ibu berpamitan untuk pulang. Proses selanjutnya, adalah menunggu konfirmasi dari pihak sekolah apakah saya di terima atau tidak. Beberapa hari kemudian menunggu konfirmasi dan informasinya akhirnya pihak sekolah menghubungi saya untuk datang ke sekolah pada hari jum'at untuk melakukan test tulis dan test wawancara . Setelah selesai semuanya kami semua di suruh untuk pulang kerumahnya masing-masing . Bapak kepala sekolah mengatakan kepada kami bahwa jika kalian di terima di sekolah ini maka nanti ada guru yang datang ke Rumah kalian masing-masing untuk mensurvai tetapi jika tidak ada beerarti sekolah tidak menerima salah satu di antara kalian.
Hari terus berlalu tetapin tidak ada guru satupun yang datang kerumah untuk mensurvai.Saya terus berdoa kepada Allah agar saya dapat di terima menjadi siswi SMA Tunas Nusantara . Alhamdulilah ternyata Allah telah mendengar doa saya karena ada guru yang datang ke rumah untuk mensurvai berarti itu tandanya saya telah di terima menjadi siswi SMA Tunas Nusantara .
Tetapi saya merasa sedih dan kasian kepada teman saya yang bernama Widia itu karena tidak ada guru yang mensurvai kerumahnya. Ternyata dia tidak di terima sebagai siswi SMA Tunas Nusantara. Harapan kami untuk bersekolah bareng tidak bisa menjadi kenyataan .Saya merasa tidak enak hati karena awalnya dia yang memberi tahu tentang sekolah SMA tersebut kepada saya tetapi malah di antara kami berdua ada yang tidak di terima.
Ibu bilang kepada saya karena semua ini hanya Allah yang menentukan semuanya mungkin ini bukan yang terbaik buat Widia. Kamu harus terus bersemangat dan terus meraih cita-citamu setinggi mungkin hingga tercapai walaupun tidak bisa bersama Widia. Karena tidak bisa bersekolah bareng bersama teman itu bukan halangan bagi kamu untuk terus meraih cita-citamu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun