Merdeka belajar sudah masuk ke sekolah. Hilangnya beban mental guru terlihat nyata. Meskipun masih ada sedikit gundah gulana. Persiapan UN 2020 bulan april mendatang. Namun nuansa merdeka benar-benar terlihat dari wajah para guru.Â
Saya termasuk salah satu yang paling bahagia. Setiap kali masuk kelas pasti kata merdeka belajar berpitar di kepala. Saya harus menciptakan suasana yang benar-benar merdeka buat peserta didik saya.
Belajar sambil bergembira. Saya yakin dengan gembira kesulitan apa pun bisa diselesaikan. Minimal selesai dari rasa sedih dan khawatir. Gembira dan gembira. Begitulah saya memaknai merdeka belajar.
Melepaskan diri dari kungkungan masa lalu pendidikan peserta didik kita. Kalau yang sekarang ada di SMP berarti sejak 2013 mereka telah mengenal namanya kurikulum berbasis tematik yang mengadopsi seluruh materi dalam satu topik.
Begitu masuk SMP dijejali lagi dengan materi pembelajaran yang sungguh padat. Dengan bayang-bayang, awas nanti ada UN berbasos Komputer. Kesulitan akan menjadi dua kali lipat.
Nah, ketika "Merdeka Belajar" datang rasa merdeka benar-benar terasa. Baik oleh peserta didik maupun guru.
Seperti ketika terjajah, bagaimana rasanya? Kemudian merdeka? Pasti sorak sorainya bertahan lama dan benar-nenar berasal dari dalam hati.
Kini setelah merdeka belajar kita ngapain? Mengisi kemerdekaanya seperti apa?
Itulah kemudian program.merdeka belajar berlanjut dengan program sekolah penggerak. Mendikbud Nadiem Makarim seperti yang telah dirangkum oleh Kompas, mengungkapkan ada 4 ciri utama sekolah penggerak:
Sekolah penggerak adalah ada kepala sekolah yang mengerti proses pembelajaran siswa dan mampu mengembangkan guru yang berpihak pada siswa, menghasilkan profil Pelajar Pancasila, dan adanya dukungan komunitas yang mendukung proses pendidikan di dalam kelas
Dan dalam program sekolah penggerak ini, Mas Nadiem mengharapkan lahirnya Pelajar Pancasila yang memiliki 6 profil utama, yaitu berakhlak mulia, kreativitas, gotong-royong, kebhinekaan global, bernalar Kritis, dan mandiri.