"Karena kau istimewa. Makanya esok kau harus sekolah."
Keesokan harinya, persis kejadian kemarin. Pulang sekolah dalam kondisi menangis. Dan mengancam, benar-benar tidak akan berangkat ke sekolah.
Maka ketika sebelum tidur, remaja kecil ini didekati ayahnya.
"Kau istimewa, Nak. Makanya tunjukkan kelebihanmu. Kau punya fisik berbeda. Itu bukan cela. Kau masih punya kepala dan dada. Di kepalamu ada kecerdasan yang orang lain mungkin tak punya. Tunjukkan kau berbeda dan istimewa. Di dadamu ada samudera. Orang lain hanya punya sumur kecil. Perilaku baik dan semangat itulah yang orang lain tak punya. Ayah tau, kau istimewa."
Semenjak itu, remaja kecil ini tak pernah mengeluh lagi tentang body saming yang mengarah kepadanya. Belajar, belajar, dan belajar. Hingga SMP terlewati. Di SMA juga sama body shaming k mengarah kepadanya. Mental baja yang tertanam dari ayahnya diingat-ingat dan dipraktikkannya.
Lulus SMA, masuk perguruan tinggi juga body shiming mengarah padanya. Cuek saja. Masa bodoh dengan body shaming. Remaja kecil ini masih ingat kata-kata ayahnya. "Kau istimewa" dan remaja kecil benar-benar istimewa.
Kini remaja kecil telah dewasa, menjadi Kepala sebuah LPMP, dan karir terakhir menjadi kepala P4TK. Saat beliau bercerita, kami peserta pelatihan sambil tertawa mendengarkan cerita kocaknya. Namun membekas, ternyata setiap manusia istimewa.
Peran orangtua sangat penting menangkal body shaming. Menekankan kepercayaan diri pada pada anak untuk percaya diri bahwa setiap manusia adalah istimewa. Dengan begitu, harapannya adalah korban body shaming tak terlalu baper atas cemooh dan ujaran body shaming yang mengarah kepadanya.
Sementara bagi korban body shaming, belajarlah untuk tidak terlalu baper atas ucapan orang lain. Membangkitkan kesadaran bahwa setiap manusia pasti memiliki kekurangan yang akan menjadi ujaran body shaming. Pun demikian setiap manusia memiliki keistimewaan. Cari dan asah keistimewaan tersebut hingga mampu menutup body shaming yang akan mengarah pada kita.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI