Mohon tunggu...
Surobledhek
Surobledhek Mohon Tunggu... Guru - Cukup ini saja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Memberi tak harap kembali

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Hybrid Skill" dan Perubahan Kurikulum

2 Maret 2020   17:10 Diperbarui: 2 Maret 2020   18:07 1458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pak! Tolong, ini mengetik tanda bintang ini bagaimana caranya?" teriakan peserta didik.
"Ya Allah bocah, cah. Gitu ae gak bisa!" jawab gurunya.

Zaman melinial, ada anak SMP mau ikut UNBK masih bertanya, kalau mau mengetik tanda bintang pada pada keyboard komputer apa yang harus ditekan. Bagaimana mungkin? Tapi ada di sekolah kita.

Apa sebenarnya yang terjadi?

Gambaran percakapan di atas antar guru dan pengawas gladibersih UNBK 2020. Dalam kacamata normal, kira-kira gambaran peserta didik seperti itu bagaimana? Jelas dalam 6 tahun ketika berada di SD dan hampir 3 tahun di SMP mungkin tak pernah sekali pun duduk di depan komputer atau laptop. Kalau mencari tanda bintang saja pada keyboard tak ketemu. Bagaimana mungkin kita memastikan mereka kenal dan mahir dalam mengoperasikan komputer.

Hampir semua anak di Indonesia lekat dengan namanya gawai android. Dalam transaksi elektronik untuk mencek pulsa, mencek kuota internet, dan bentuk cek-cek lainnya menggunakan tanda bintang tersebut.

Padahal dengan mengetik Shif + 8 pada keyboard tertera tanda bintang. Walau tidak semua peserta didik tidak tahu. Tapi masih banyak yang bertanya pada teman-temannya.

Lenyapnya mata pelajaran TIK pada SMP makin menjauhkan apeserta didik dari praktik komputer. Mereka akan dapat ilmu dari mana soal komputer tersebut.

Kondisi ini diperparah dengan masih kekehnya sekolah melarang peserta didik membawa gawai androidnya ke sekolah. Padahal fengan adanya android mereka dapat belajar dan menggali informasi dari laman-laman yang bertebaran diinternet dengan alasan disalahgunakan.

Tak akan mungkin peserta didik sekonyong-konyong langsung ahli IT jika tidak ada pembelajaran di sekolahnya. Sementara era digital semakin hari semekin melesat jauh meninggalkannya.

Jangankan peserta didiknya. Kalau mau jujur, para guru pun tak sedikit yang gagap masalah digital. Untuk membuat sebuah surat elektronik saja kadang membutuhkan bantuan orang lain. Apalagi berinteraksi secara digital dan mendalami IT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun