Dengan menonton berbagai tayangan youtube yang ada berkaitan dengan sampah sedotan plastik peserta didik mampu mendefinisikan bagian-bagiannya serta memahami bagian dan prosesnya secara sederhana bagaimana pemanfaatan sampah sedotan plastik dan ini merupakan proses bernama dekomposisi dalam pemikiran komputasi.
Setelah itu peserta didik diminta untuk turun ke lapangan dan praktik mengumpulkan sampah sedot minuman plastik kemudian membuat rancang bangun sebuah karya. Mereka kemudian diajak mengembangkan rancangannya berdasar ide masing-masing. Apa pun bentuknya.
Selanjutnya dalam Computational Thinking adalah berpikir dengan algoritma dimana kita berpikir dengan mengurutkan langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah agar menjadi logis. Peserta didik diminta untuk mencatat urutan langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah hingga sampai pada menentukan produk apa yang akan dibuat.
Setelah selesai proses pembelajaran tentang permasalahan bekas sedot muniman plastik tersebut tergambar dengan jelas bagaimana peserta didik memulai dengan mencari informasi bahwa plastik takkan terurai dalam waktu lama. Peserta didik diajak berpikir bagaimana pemanfaatanya, dan bagaimana menciptakan produk dari sampah sedot minuman plastik.
Walaupun sangat sederhana, namun pembelajaran berbasis Computational Thinking sudah mengajarkan kepada peserta didik bagaimana belajar sesungguhnya.
Terlepas dari semua itu, keterampilan dan inovasi guru sangat dibutuhkan dalam menggali sebanyak mungkin informasi yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Kalau peserta didik dipaksa untuk berpikir Computational Thinking maka guru pun harus lebih menguasai ketimbang peserta didik. Semoga.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H