Mohon tunggu...
Surobledhek
Surobledhek Mohon Tunggu... Guru - Cukup ini saja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Memberi tak harap kembali

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kamu Dicurhatin, Bagaimana Sebaiknya?

5 Februari 2020   17:50 Diperbarui: 5 Februari 2020   17:51 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Hello Sehat | Bolehkah Curhat Masalah Pernikahan Kepada Teman dan Keluarga?

SIAPA di antara kita yang sering curhat? Tanyakan ini pada teman-temanmu. Kalau di WhatsApp Grup pertanyaan tersebut kita lontarkan dalam percakapan grup, kira-kira ada yang menjawab tidak?

Menurut saya, kecil kemungkinan ada yang ngaku sering curhat. Apakah orang yang suka curhat malu?

Yang jelas, ketika ingin memulai curhat pasti sering kita dengar kalimat, "Jangan diceritakan kepada orang lain ya. Ini rahasia. Ini antara kita berdua saja. Dan seterusnya."

Apa sih perlunya curhat?

Setiap orang hidup pasti berhadapan dengan masalah. Dan tidak semua orang sanggup memendam masalah dan menyelesaikannya sendiri. Ada kalanya dengan curhat mereka menganggap separo masalahnya selesai. Koq bisa?

Selidik punya selidik ternyata masalah yang sering dicurhatkan bukanlah masalah yang dihadapi untuk mendapatkan penyelesaian, melainkan sebuah kegundaan karena masalah yang dihadapi.

Nah, ketika kegundahan yang dipendam dalam hati dicurhatkan kepada orang lain, maka bebannya seperti telah terlepas. Sementara masalahnya selesai tidak? Kadang malah tak selesai. Bahkan tak sedikit kemudian yang mendatangkan masalah baru.

Ambil contoh, ketika curhatan berkaitan dengan masalah pekerjaan yang terlalu banyak diberikan oleh atasan. Curhatannya adalah tentang kemarahan, kebencian pada atasan. Panjang lebar  bentuk pekerjaan yang belum diselesaikan diceritakan. Termasuk kadang mimik wajah atasannya diceritakan secara detail.

Bayangkan sekarang, ketika orang yang diajak curhat adalah teman dekatnya atasannya juga. Dan dia kemudian curhat kepada atasan tadi, kira-kira bagaimana jadinya? Pasti runyam. Masalah demi masalah akan bertambah.

Sementara pekerjaan yang dicurhatkan tadi selesai tidak? Tidak selesai lah. Kan curhatan tidak meminta bantuan untuk ikut menyelesaikan masalah.

Yang mengerikan adalah ketika curhatan disampaikan lewat status media sosial. Hatinya akan lega ketika yang me-like statusnya banyak. Atau ketika komen yang diberikan pada status curhatan tersebut sejibun. Maka senanglah yang empunya curhat.

Terkait soal pantas tidaknya seseorang curhat lewat media sosial, baik berupa unggahan cerita atau status di linimasanya masih perlu dicermati lebih lanjut. Kriteria pantas yang dimaksud seperti apa?

Jika yang dimaksud pantas adalah tidak membicarakan orang lain dalam curhatannya terkait membuat malu, menyinggung, atau tidak merugikan orang lain maka bisa saja disebut pantas.

Kalau ukuran pantas adalah sebaiknya menyembunyikan rahasia kehidupan kita agar tidak menjadi konsumsi publik, maka curhat lewat media sosial dan dibaca oleh publik mungkin saja diabggap tidak pantas.

Coba saja ketika kita sedang mengalami masalah, lalu kita curhatkan lewat media sosial. Kemudian setelah beberapa hari kita baca lagi curhatan itu, apakah malu atau menyesal? Ketika kondisi kita normal, mungkin akan malu. Kadang malah berteriak, "Oh My God! Kenapa yang beginian aku ceritakan sih!"

Bentuk penyesalan inilah akhirnya curhat di media sosial dianggap kurang pantas. Dari mana penilaiannya? Perasaan menyesal terjadi karena telah melakukan kesalahan. Dan kesalahan berbanding lurus dengan pelanggaran kesopanan.

Di samping curhatan di media sosial tak sedikit juga orang yang curhat kepada teman, sahabat, keluarga, dan kadang ke orang yang tak dikenalnya. Pokoknya curhat saja. Bagi yang maniak curhat memang begitu kelakuannya. Segala gerutu terlontar saja di tempat terbuka. Kepada siapa saja curhat disampaikan.

Kalau kemudian kamu dicurhatin, sebaiknya bagaimana?

1. Jadi Pendengar yang Baik

Orang curhat kepada kita kadang hanya ingin kita dengar keluh kesahnya. Maka sebagai teman yang baik yang dipercaya untuk jadi teman curhat sebaiknya juga jadi pendengar yang baik.

Kadang yang terjadi malah sebaliknya. Curhat dibalas curhat. Hahaha... Ributlah jadinya. Lucunya lagi kadang masalah yang jadi topik curhat sama.

Tak jarang akhirnya pada kesempatan curhat dengan teman yang lain yang dicurhatkan adalah kejengkelannya karena dia telah curhat malah dicurhatin soal yang sama. Demikian juga teman yang dicurhatin. Jadilah lingkaran curhat.

2. Berusaha Menyimpan Rahasia

Kita dipilih menjadi teman curhat karena dianggap mampu menyimpan rahasia. Oleh karena itu apa pun yang terjadi seyogianya curhatan apa pun dari siapa pun dengarkan lalu lupakan. Jika kebetulan materi curhat berhubungan dengan masalah yang juga kita hadapi, jadikanlah pelajaran untuk menyelesaikan masalah yang kita hadapi.

Masalahnya, ketika kita jadi pendengar curhat kenudian ember, menceritakan curhatan teman kita ke orang lain sama saja kita jadi penyebar keburukan atau masalah yang dihadapi orang lain.

Nah, panjang lebar sudah kita ngomongin soal curhat. Jangan-jangan kita tak tahu apa itu curhat?

Nih, Wikipedia menyatakan bahwa, curhat atau curahan hati merupakan saat di mana satu orang mencoba untuk menceritakan sesuatu kepada orang-orang yang dianggap dekat, dan biasanya yang diceritakan itu masalah personal. Misal tentang pekerjaan, pasangan, keluarga, dan lain sebagainya.

Lantas terlarangkah kita curhat?

Disebut terlarang boleh, disebut tidak terlarang juga boleh. Yang kurang pantas itu adalah menyebarkan kejelekan orang lain.

Jika kita menyebarkan kejelekan orang lain tersebut benar, maka kita akan disebut sebagai tukang gibah. Ganjarannya adalah dianggap memakan bangkai temannya atau saudaranya.

Sementara jika kita menyebarkan kejelekan orang lain tersebut tidak benar, maka disebut fitnah namanya. Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Mencemarkan nama baik, penjara urusannya.

Jadi bagaimana sikap kita jika teman curhat kepada kita? Kata nenek, dengarkan dan lupakan. Bisa? Kalau tidak bisa, maka janganlah bersedia menerima curhatan dari siapa pun. Suruh saja mereka curhat online. Seperti halnya membeli barang secara online, curhat online pun ada. Tak percaya? Cari saja di browser pencarian anda. Selamat mencoba.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun