Oleh ROPINGI
Angin berhenti berhembus, karang ikut lemas tak berderak
Kelomang sembunyi dalam cangkang, malu
Saat bulan penuhi genggamku menyerah pasrah
Membiarkan jingga purnamanya kutelan mentah-mentah
Bukan salah, jika rindu membanjiri isi perutku
Bukan salah, jika pekatnya malam enggan menyapa siang
Untuk teriakan nyaring membentur karang tajam
Semua girang, lalu menari-nari sambil telanjang
Baju yang diberi tidak pantas dipasangkan pada semua orang
Tapi mengapa, malah bertabur pajangan umbul-umbul di pinggir jalan?
Lalu jadi keset untuk sepatu-sepatu di depan pintu orang-orang berdasi biru
Semua tau, salahku adalah ketika piring-piring kotor sisa makan malam berserak dirubung semut akhir tengah malam
Sebentar lagi, pesta indah akan segera berhenti
Ketika lantai dansa basah, banjir muntahan nanah-nanah cinta memerah bercampur darah
Saat itu kita akan tau, barah di kepala meledak dalam kota yang dulu tidak pernah mengira pesta di kafe tua meninggalkan sisa
Aku akan jadi saksi, mustahil aku pungkiri
Malam kembali sepi
Kemudian angin akan bertiup kencang
Teriakan kita takkan lagi membentur karang
Dan ...
Semua diam, asyik nikmati indahnya tubuh gadis perawan gentayangan
Tanah Bumbu, 1 Februari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H