Atas nasihat seorang senior yang juga pimpinan saya di kantor, saya memegang kartu kredit yang dikeluarkan oleh sebuah bank negara. Kartu kredit dimaksud dijadikan perisai jika sewaktu-waktu saya mengalami musibah dan tidak memiliki uang sama sekali. Sakit misalnya.
Suatu hari, entah kapan, saya bisa saja sakit. Jika saat sakit saya kurang beruntung dan tidak memiliki uang, maka kartu kredit tentu menjadi perisai penting bagi saya.
Setelah berbulan-bulan memegang kartu kredit tanpa menggunakannya, muncullah kejadian menggelikan. Saya harus membeli sebuah alat elektronik guna mengganti peralatan lama yang sudah rusak. Setelah mencari peralatan dimaksud berhari-hari, saya menemukannya di sebuah toko elektronik dekat kediaman kami.
Saya agak terkejut ketika mengetahui bahwa harga barang itu melonjak 3 kali lipat dari harganya setahun silam. Di tengah kebingungan saya, teman-teman di toko memberi saran bahwa saya bisa membelinya dengan menggunakan kartu kredit. Saya pikir, itu usul yang baik.
Setelah dilakukan penghitungan, saya hanya dibebani kewajiban membayar 1.600.000 per bulan. Cicilan yang sangat kompetitif. Tidak ada masalah sama sekali. Saya pikir ini bukan masalah, karena limit kartu kredit saya 10juta rupiah, dan jumlah cicilan per bulan sama sekali tidak memberatkan.
Namun ketika diaplikasi, transaksi ditolak. Saya kemudian membatalkan transaksi dan disarankan berkonsultasi dengan bank yang mengeluarkan kartu kredit. Dari hasil konsultasi saya tahu bahwa limit kartu kredit saya sebesar 10juta tidak dapat digunakan untuk mencicil barang yang nilainya melebihi limit kartu kredit.
“Meski saya mampu membayar cicilan per bulannya?,”tanya saya pada wanita di seberang sana.
“Benar, Pak. Perhitungan jumlah cicilan per bulan bukan menjadi dasar kesepakatan. Kesepakatannya adalah harga barang yang hendak dibeli tidak melebihi limit jumlah uang dalam kartu kredit Bapak,” jawabnya penuh hormat.
“Boleh gak saya minta limit kartu kredit dinaikan.”
“Boleh Pak, jika sudah setahun Bapak menggunakannya.”
“Kalau belum setahun?”
“Maaf, Pak. Tidak bisa.”
“Ada saran lain?”
“Saran saya, lebih baik tidak usah membeli barangnya Pak.”
Saran yang sangat baik dan bijak. Saya menutup tilpun dan mengambil kesimpulan bulat. Saya akan membatalkan rencana pembelian barang elektronik ini. Kartu kredit tidak harus digunakan jika tidak benar-benar darurat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H