Mohon tunggu...
Rooy John
Rooy John Mohon Tunggu... Administrasi - Cuma Orang Biasa

God gave me a pair of wings Love and Knowledge With both, I would fly back home to Him

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tiga Perbedaan Desa dan Kota dari Sudut Konsep

13 September 2024   10:40 Diperbarui: 13 September 2024   10:53 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Desa dan kota merupakan dua dunia yang saling menopang. Saling terhubung. Saling bergantung. Meski tidak selalu hubungan itu mendatanngkan manfaat bagi keduanya. Dominan, kota ada di pusat hubungan. Desa sebagian besar hanyalah satelit dan penyangga.

Berikut, saya mencoba menampilkan tiga perbedaan konsep desa dan kota sebagai hasil saya memungut konsep-konsep dimaksud.

(1) Aspek Sosiologis. 

Sam Hallyard (2007) mengemukakan konsep pembangunan sistem societal (societal system) yang berpangkal pada ketidaksetaraan perkembangan teknologi. 

Konsep Hallyard disebut "newbie concept". Berbeda dengan konsep sosiologis yang dibangun Tonnies yang menghitung factor nilai masyarakat (gemainschaft dan geselschaft), atau konsep Halfacree-Woodward yang menghitung factor kolonialisme, Halyard melihat penetrasi teknologi dalam pembentukan Lembaga kemasyarakatan sebagai ciri sosial baru.
Societal adalah keterlibatan individu dan kelompok sebagai satu kesatuan unsur pembentuk masyarakat, istimewanya institusi sosial.
Perbedaan desa dan kota ditinjau dari sisi societal adalah bahwa pembentukan Lembaga kemasyarakat di kota lebih dipengaruhi oleh perkembangan teknologi daripada pembentukan Lembaga kemasyarakatan di desa.

(2) Aspek Ekonomis

Tadjudin Battacut (2013) memaknai pembangunan pedesaan sebagai upaya desa menambah volume usaha berbasis nilai dasar dan primer dan menjadikannya nilai tambah dengan tetap menjadikan pertanian sebagai tulang punggung. Sementara Marvin R.Duncan, William R.Fisher, dan Richard D.Taylor dalam makalah mereka berjudul "Rural Economic Development: New Oppurtunities and challenges fot commercial bankers" menyebutkan bahwa pembangunan pedesaan adalah pembangunan wilayah perdesaan yang memperhitungkan aspek pertumbuhan penduduk, pertumbuhan tenaga kerja dan pendapatan masyarakat.

M.Faruk Rosya Ridho (2010:59) menyebutkan pembangunan perkotaan bertumpu pada uji sensivitas teknologi dalam hubungannya dengan penurunan efisiensi. Semakin jauh intervensi teknologi yang menyebabkan peningkatan efisiensi maka semakin besar potensi pengangguran tenaga manusia. Kota, demikian Ridho, diukur dari intervensi teknologi ini. Pertumbuhan ekonomi kota sepadan dengan semakin berkurangnya penggunaan tenaga manusia dalam lapangan pekerjaan.

(3) Aspek Politis

Dennis Fisher dan Ronald D.Knutson memahami pembangunan politik perdesaan sebagai pembangunan wilayah desa yang secara komprehensif memperhitungkan perkembangan variable fragmentasi organisasi, agen serta komite yang merepresentasikan keinginan masyarakat desa, desain kebijakan dan program pemerintah. Secara singkat pembangunan perdesaan adalah suatu kondisi politik yang mendorong implementasi solusi dalam memecahkan masalah perdesaan.

Jennifer Franco (2008) memaknai pembangunan perdesaan secara politis sebagai demokratisasi desa, dimana proses demokrasi secara sistematis membuka integrase sistem kewargaan miskin desa, merengkuh aspirasi mereka dan lebih penting lagi, meningkatkan control atas pembuatan kebijakan yang mempengaruhi kehidupan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun