"Kita kembali ke kota." Suami Menik memberi perintah.
"Apakah kita akan selamat?" Tanya prajurit penyerta.
"Hidup semua orang di goa tergantung pada kita." Suami Menik membakar semangat penyertanya.
Keempat orang goa itu bersandar di tembok tepian jalan untuk beberapa saat. Menghindar dari pantauan. Kendaraan besar terakhir pengangkut pasukan melewati jalan raya dan menimbulkan goncangan hebat. Kerikil beterbangan menghujam kepala mereka.
Beruntung bahwa fokus pasukan kota tertuju ke muara. Ledakan dinamit dan ranjau semakin membakar semangat orang-orang kota. Mereka percaya bahwa kemenangan akan mereka raih. Meski senyatanya, ledakan besar yang mereka dengar bukan pertanda kemenangan, tetapi sebaliknya.
"Lari ke kota," perintah Suami Menik.
Dalam hitungan detik, keempat orang itu berlari kembali ke gerbang kota.
"Arah pusat hiburan!" Guruh berteriak.
Para prajurit Goa segera masuk ke kota Yakin dan berlari ke arah bangunan dimana tempat tempat hiburan berdiri. Tempat yang kurang dari duapuluh empat jam lalu dibombardir mortir pasukan goa. Reruntuhan pilar kota tampak dari jauh.
Guruh, Suami Menik dan para prajurit penyerta tiba di pelataran kota  disambut bunyi sirene yang meraung-raung. Seketika, gambar Guruh dan pajurit penyertanya muncul di semua videotron downtown.
"Kita terlacak," prajurit penyerta Guruh berteriak.
"Masuk ke dalam gedung. Cepaaaattt!!" Guruh bergegas berlari.
Ketiga orang yang bersamanya berlari mengikuti Guruh masuk ke sebuah Bar yang terbuka.