Guru Bisma keluar dari kamar mandi sambil memegang ember detergen berisi baju kerja bekas pakainya. Ia lalu berjalan kea rah pintu dapur dan meletakan ember itu di dekat mesin cuci.
Pakaian bersih yang sudah disiapkan Bu Sri di kamar mandi sudah dikenakannya. Harum dan segar. Ia berjalan sambil tersenyum mendekati istrinya.
"Kepala sekolah sudah memberi solusi." Guru Bisma menarik kursinya.
"Bagaimana saran beliau?" Bu Sri menyiapkan secangkir teh hangat untuk suaminya.
"Beliau menyarankan agar mempertimbangkan niat pensiun. Mutasi lebih baik. Mutasi guru saat ini mudah. Bisa dilakukan cepat melalui Dapodik. Hanya saja, kita butuh persetujuan pindah dari instansi asal."
"Jadi Bapak memilih mutasi?"
"Pertama, aku harus mendampingi anak-anak yang sebentar lagi ujian akhir. Kedua, aku sepertinya belum siap untuk pensiun."
"Alasannya terbalik, Pak. Yang kedua itu mestinya yang pertama." Bu Sri tertawa.
"Sepertinya demikian." Guru Bisma tersenyum.
"Kita bicara lagi dengan Menik. Ia dan suaminya ingin Bapak yang menjalankan usaha mereka di Selomerto. Termasuk mengawasi pekerjaan instalasi dan sebagainya."
Guru Bisma mengambil cangkir teh di depannya. Diteguk isinya. Kemudian meletakannya perlahan pada piring tatakan.