Tanya. Selidik. Bertian kini kah laki-laki? Menunduk. Merintih. Berkacak namun mengaduh. Muka pucat pasi pun sakit mencekik.
Petang datang laksana permaisuri menjemput surya dalam dekorasi langit jingga. Mengenakan jubah kebesaran pada penguasa siang dan mengunggutnya ke bagian tengah istana. Memanggil pulang Kutilang ke sarangnya. Memberi pentas pada Nokturnal pendendang malam. Memandu jalan bagi bintang-bintang.Â
Bu Sri menutup buku hariannya ketika suara sepeda motor terdengar memasuki halaman. Guru Bisma pulang dari tempatnya bekerja. Seperti biasa. Bu Sri keluar dan menyambut sang suami.
"Gimana kabarnya, Bu?"Sapa Guru Bisma saat membuka helmnya.
"Baik, Pak." Jawab Bu Sri sambil tersenyum.
"Maaf. Tadi aku berangkat tidak membangunkan Ibu. Ibu tampak pulas sekali tidurnya."
"Aku yang minta maaf, Pak. Tidak menyiapkan sarapan untuk Bapak."
Guru Bisma masuk dan meletakan semua peralatan mengajar, jaket dan helm di tempatnya. Ia kemudian berjalan masuk ke kamar mandi.
Dulu anak-anaknya selalu menertawakan Guru Bisma karena ritus anehnya. Pulang dari sekolah langsung mandi. Seperti anak-anak desa yang menceburkan diri di sungai sehabis main di sawah. Itu canda anak-anaknya.
Tetapi sekarang berbeda. Semua anaknya mengikuti gaya Guru Bisma. Ternyata pola hidup Bapak yang benar. Itu kata Menik suatu hari.
Membersihkan diri pada kesempatan pertama sepulang kerja atau beraktivitas di luar rumah adalah tindakan terbaik melindungi diri dan keluarga di masa sulit seperti ini.
Bu Sri mengunci pintu rumah dan berjalan menuju kursi makan, sambil menunggu suaminya membersihkan diri. Ia membuka lagi catatan hariannya dan mengingat apa yang sudah ditulisnya di sana.