Kejujuran adalah segala-segalanya buat hubungan manusia didunia ini, karena kejujuran adalah kunci dari segala kesuksesan baik dalam bekerja, berumah tangga maupun dalam pergaulan. Begitulah pesan orang tua kepada kita waktu kecil agar kita senantiasa jujur
Dewasa ini kejujuran terasa mahal didalam dunia politik kita ataupun disemua lini kehidupan, bahkan dengan kata lain siapa yang jujur malah akan hancur dalam. Terutama kalau mereka bekerja dengan “mafia kejujuran” baik didalam gedung DPR ataupun diluarnya.
Pernah mendengar seorang teman yang berusaha jujur didalam pekerjaannya. Apa yang didapat? Seorang teman tadi malah dikucilkan didalam pekerjaan dikantornya. Alih-alih mendapat apresiasi, malah yang didapat pengucilan diri didalam kantor teman saya tersebut. Dengan terpaksa akhirnya mau tidak mau dia mengikuti “tradisi korupsi” didalam kantor tersebut tapi hasilnya dia tumpuk di laci meja kerjanya tanpa dia ambil sepeserpun karena takut kepada tuhan dan jangan sampai anak istrinya makan dari uang “tradisi korupsi” tersebut. Mau mundur dari pekerjaan akan sangat sulit dia untuk membayar denda yang akan dikenakan kepada karyawan yang mengundurkan diri sebelum kontrak tersebut berakhir.
Korupsi kecil-kecilan atau bisa juga disebut besar tersebut ada di perush tempatnya bekerja. Perusahaannya yang menyediakan jasadirumah-rumah sebagai kebutuhan basic dari rumah-rumah tangga di Indonesia baik rumah tangga maupun perusahaan besar.
Jadi kalau ada pelanggaran dari pihak pelanggan maka pelanggan akan dikenakan denda yang besar dan ketika pelanggan minta damai maka “uang damai” pun akan di amini oleh pekerja dari peusahaan tersebut. Tentunya “uang damai” tersebut akan dibagi-bagi kepada team yang sedang “On Duty” tersebut. Begitulah kira-kira korupsi yang dilakukan.
Mengenai teman saya yang selalu menyimpan “uang damai” tersebut, sampai sekarang saya sudah lost contact karena kami sudah sama-sama berpindah kota, mudah-mudahan beliau masih istiqomah dengan iman dan keyakinan tanpa “uang damai” tersebut.( Amiinnn)
Begitupun dengan kasus seorang anak yang jujur disekolahnya ketika ada ujian akhir, lalu anak-anak lain yang menyontek kepadanya karena dia dianggap paling “pintar” disekolahnya dengan arahan seorang oknum guru atau bahkan oknum guru-guru disekolah tersebut, ketika melaporkan tindakan tidak jujur tersebut kepada pihak berwenang, apa yang didapat? dirumahnya di demo oleh segenap masyarakat ditempatnya tinggal yang menyekolahkan anak-anaknya di sekolah tersebut. (Mahalnya nilai kejujuran)
Kembali lagi tentang kejujuran, seminimal mungkin kita akan mendidik anak-anak kita dirumah agar berbuat jujur tanpa kebohongan sedikitpun, jangan pernah membohongi anak sehingga ketika anak itu tahu dia di”kibuli” maka dia akan berpendapat kalau bohong itu boleh. (Naudzubillah)
Seorang anak didalam keluarga akan meniru apapun yang dilakukan orang tua dan lingkungan disekitarnya baik dilingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah dan lain lain. Karena seorang anak terlahir putih tanpa dosa dan noda, dia akan terbentuk menjadi apapun sesuai keinginan atau tidak sengaja diinginkanmenjadi pribadi dewasa sesuai pendidikan orang tua. Untuk pendidikan dirumah, seorang ibu memegang peranan sangat penting didalam pola didik dirumah makanya disebut sebagai “ madrasatul ula” atau pendidikan pertama didalam keluarga.
Kepercayaan penuh saya kepada masyarakat Indonesia yaitu saya sangat yakin kalau kejujuran masih ditanamkan kepada anak-anak didalam keluarga-keluarga mereka apapun agama yang dianut mari tanamkan kejujuran.
“Quulil haqqo walau kaana muuron”
(Katakana benar walaupun itu pahit adanya)
Hidup kejujuran
*Menjelang siang di perairan Madura Offshore
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H