Hari sudah menjelang sore ketika aku dan temanku Naong berhenti di persawahan pinggir jalan raya. Kami sudah merencakan ini sejak siang, sebelum kami pulang dari Lumajang menuju Jember. Bukan tanpa sebab kami berhenti, rasa penasaran menuntut kami untuk mengobatinya. Sore itu, hari Rabu kemarin tepat pada tanggal 5 Agustus 2015, banyak orang sedang mengerumuni sawah yang tampak seperti sehabis dibajak. Ternyata kerumunan ini sudah biasa sejak empat bulan yang lalu, sejak penemuan batu akik di Kalidilem Kecamatan Randuagung Kabupaten Lumajang ini.
["Warga sedang melihat aktifitas percarian batu akik"]
Â
Kami mencoba berbaur dengan warga melihat batu apa yang mereka dapatkan. Beberapa informasi, mengatakan Lumajang banyak menyimpan batu Bulu Macan yang dihasilkan dari limbah tebu. Kami disambut oleh salah seorang pencari batu dari Kalidilem. Bukan batu Bulu Macan yang dia dapat, namun batu rambut-rambut.
Â
Informasi tentang adanya batu Bulu Macan memang tidak salah, setelah kami mendekat dan bertanya kepada beberapa pencari batu akik, akhirnya kami menemukan pencari batu yang berhasil mendapatkan batu Bulu Macan. Handoko pencari batu akik yang juga berasal dari Kalidilem mendapatkan batu Bulu Macan.
"Ini batu Bulu Macan yang masih mentah." Katanya sambil memperlihatkan batu yang dia dapat.
Â
Batu Bulu Macan terkenal sangat mahal, kami menjadi penasaran bertanya tentang harga. Harga perbongkah kecil batu Bulu Macan adalah tiga puluh ribu rupiah. Kami sangat kaget, kenapa tidak semahal yang digadang-gadang. Ternyata Bulu Macan mentah jauh lebih murah dari bulu macan yang telah jadi. Bulu macan mentah maksudnya bulu macan yang masih tidak membentuk gambaran bulu karena proses di alam belum selama Bulu Macan yang telah jadi. Tidak jauh beda dengan harga Bulu Macan, harga batu Rambut-rambut sekitar tujuh puluh ribu perbongkah kecil.
