Mohon tunggu...
Humaniora

Terus Kamu untuk Apa?

26 Mei 2016   15:04 Diperbarui: 26 Mei 2016   15:09 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pendidikan adalah cinta karena kita harus cinta terhadap mereka yang tidak mengerti. Pendidikan adalah hati, karena dengan sepenuh hati kita harus memberi apa yang kita miliki. Pendidikan adalah dakwah karena kita mencontohkan yang benar dan menginginkan perubahan akan terjadi. Pendidikan adalah ibadah karena pemberian yang kita berikan adalah amal untuk masa depan diri ini.

Seorang pendidik haruslah tahu makna pendidikan di negeri ini. Bukan sekedar tahu, namun juga memahami, menghayati hingga terpatri sebuah arti penting dari pendidikan bangsa ini. Seorang pendidik haruslah mempunyai mental ''mengabdi''. Iya, mengabdi, demi nusa dan bangsa ini. Bukan, hanya sekedar transfer informasi. Tapi, harus benar-benar ada bukti dan aksi.

Harusnya, kebermaknaannya adalah ketika melihat anak didiknya mengerti dan paham dari yang sebelumnya miskin akan informasi. Harusnya, kebanggaannya adalah bisa melatihkan kemampuan diri yang mereka miliki. Harusnya, kepuasannya adalah ketika melihat adanya perubahan kepada mereka yang sebelumnya kurang akan kapasitas dan kualitas diri.

Namun, sepertinya itu hanyalah sekedar mimpi. Dari nilai-nilai ideal yang usang dari hari-kehari. Kondisi, buram pendidikan masih terasa sampai kini. Mereka yang mengaku pendidik seakan lupa dan enggan untuk intropeksi diri. Mereka yang mengaku pendidik sudah hilang eksistensi. Ya, eksistensi sebagai insan yang harusnya memberi andil merubah generasi negeri ini. Hasilnya, justru mereka hanyut terbawa arus deras kondisi generasi yang butuh bimbingan ini.

Dulunya, saya kurang percaya akan doktrin nenek moyang negeri ini. Bahwa pendidikan di negeri ini tidak cukup bukti. Mungkin wajar, karena saya tidak merasakan sendiri kondisi yang terjadi pendidikan bangsa ini. Terkhusus, mereka yang berada di perguruan tinggi. Entahlah, saya frustasi melihat kondisi ini. Transaksionalisasi adalah nilai yang terlihat dari keadaan disini. Tanggung jawab moral, profesionalitas sudah mulai dilupakan oleh insan manusia negeri ini. Mereka seakan hanya membanggakan status kedirian diri yang sekaligus bisa nyambi ngurus proyek kesana kemari. 

Penulisan ini, tidaklah sekedar mengkritik kondisi disini, melainkan juga menyadarkan akan kondisi dunia kampus negeri ini. Khususnya, perguruan tinggi yang pernah saya pijaki. Besar harapan kami, mereka yang punya amanah yang mulia ini. Menumbuhkan kembali kepedulian diri dan senantiasa sadar diri, bahwa nantinya semua itu akan ditanyai dan diadili.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun