gak usah berat-berat ikut mikir pilkada DKI, simpen kekuatan dan tenaga untuk lunasi KPR yang segera jatuh tempo, sisihkan isi dompet untuk cicilan motor yang tak kunjung lunas. Â apalagi sampai mikir dan menghimbau terkait dengan demo tanggal 4 November 2016. itu semua urusan orang-orang yang punya urusan, sesuaikan saja urusan kita dengan urusan kita , nguli dari pagi dan sampai pagi lagi.Â
dan juga jangan mikir tentang " ini orang nulis egois banget , tidak membela Gubernurnya , tidak membela Agamanya" . ah janganlah terlalu naif. tidak perlu kita pada posisi saling menyahlahkan, dan meng klaim kebenaran. semati-matinya gubernur yang katanya paling tegas itu kalian bela , semati-matinya kalian juga paling banter dapat recehan , itupun kalau dapat. semati-matinya kalian teriak-teriak dengan atas nama agama untuk aksi tanggal empat, ganjaranya ya ntar pas kalian mati, disitu baru tau dan baru lihat o... ternyata ...eng ing ong
tak usahlah pada jadi bijak. cukup saya aja yang sok bijak. kembalilah kalian pada urusan perut yang belum kenyang, kembalilah kalian pada uang sabun yang belum kebeli (bagi jomlo), kembalilah kalian pada anak istri yang masih mengharap entah sampai kapan tidak tinggal di kontrakan.Â
lihat dan resapai kondisi disekitarmu dengan ngopi dan sebatang syamsu, niscaya kau temukan dirimu dengan penglihatan kalbu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H