Petani merupakan bagian terbesar dari mata pencarian masyarakat di Republik kita, merekalah produsen yang menghasilkan pangan untuk bangsa ini. Akan tetapi ironisnya mereka pula terbesar sebagai penerima bantuan Beras Miskin dari Pemerintah. Hal ini terjadi karena berbagai macam faktor, baik itu karena kepemilikan lahan yang kurang, Sumber Daya manusia yang kurang, Akses modal yang sangat minim, pupuk yang langka, benih yang kurang bermutu, biaya olah lahan yang tinggi dan berbagai faktor lainnya. Oleh Karena itu perlu stategi yang jitu dan komprehensif agar petani kita dapat bangkit dan menjadi terhormat.
Kegiatan yang dilaksanakan adalah Memberdayakan petani tersebut dengan peningkatan kapasitas Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap serta menumbuhkan jiwa bisnis petani melalui Pendampingan Kegiatan Sekolah Lapangan budidaya tanaman Padi, Mulai dari olah tanah sampai pasca panen, dimana mereka bisa mengusahakan sendiri dari alam kebutuhan saprodi (Sarana Produksi Padi ) mereka melalui pertanian Organik sehingga petani tidak perlu membeli pupuk dan benih dan produksi yang mereka hasilkan sangat sehat karena terbebas dari berbagai macam residu kimia.
Untuk sarana Pupuk seperti untuk Sumber Nitrogen, Phospor dan Kalium, dan pupuk mikro petani dapat memanfaatkan tumbuhan Titonia Diversifolia dan Tumbuhan Kirinyuh (Chromolaena odorata) yang tersedia secara sangat melimpah di Sumatera Barat dan dikenal petani sebagai Gulma sehingga Di satu sisi, kirinyuh dan Titonia adalah gulma atau tumbuhan penganggu yang sangat merugikan tanaman budidaya di sekitarnya, karena merupakan kompetitor dalam penyerapan air dan unsur hara, sehingga menyebabkan penurunan hasil yang sangat tinggi pada tanaman pangan dan perkebunan. Melalui Pemanfaatan tanaman yang selama ini dikenal sebagai Gulma ini dapat menjadi Sumber pupuk yang tidak kalah dahsyatnya dari pupuk an organik, melalui pembuatan pupuk NPK cair,dengan Motode dan prosedur yang telah disiapkan secara matang. sehingga petani dapat membuat sumber pupuknya sendiri disamping urine dan kotoran sapi/kambing, sehingga berdampak pada tidak adanya biaya yang dikeluarkan petani untuk pupuk dan biaya produksi dapat ditekan dan hasil produksi meningkat dan sehat alami. Sehingga apa yang telah Allah SWT, sediakan di alam ini dapat termanfaat secara optimal dan berdaya guna.
Disamping itu Pemanfaatan Mikro organisme lokal di areal pertanian sangat mutlak diperlukan dengan mengembangbiakkan Mikro Organisme Lokal ini sehingga dapat membantu percepatan proses pembuatan pupuk alami seperti kompos, membantu percepatan olah tanah dan membantu proses vegetatif dan generatif tanaman dengan Prosedur yang telah disiapkan dan teruji.
Dari sisi Benih petani dapat menangkar benih unggul lokal yang ada dan menjadi ciri khas daerah masing-masing dengan metode Sekolah Lapangan dengan melibatkan para ahli dan Expert di bidang ini sehingga petani tidak tergantung pada benih Hibrida/ Import yang jelas telah mengalami rekayasa genetika sehingga benih Hibrida ini hanya efektif untuk 1 kali tanam dan tidak dapat dikembangkan petani kita.
Dari Kegiatan ini petani dapat secara mandiri dan berkelompok membuat pupuk sendiri untuk keperluan budidaya tanamannya, mengadakan benih sendiri dan mengolah tanah secara mandiri dan petani itdak tergantung pada pihak luar dan menekan biaya produksi dan akhirnya bermuara pada peningkatan pendapatan petani dan keluarganya yang akhirnya akan mengeluarkan petani kita dari jalur kemiskinan dan tidak lagi digolongkan sebagai orang-orang yang marjinal.
Secara Nasional akan meningkatkan Ketahanan Pangan Bangsa dan kalau secara massif akan menurunkan pengunaan pupuk kimia yang disubsidi pemerintah, yang akhirnya beban subsidi pada pupuk dapat dikurangi dan tingkat keamanan produk yang dihasilkan petani menjadi aman karena terbebas dari residu kimia yang jelas berdampak buruk pada kesehatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H