Mohon tunggu...
Ronny Iboy
Ronny Iboy Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Ketenangan hidup menentukan kualitas pikiran,berfikir lah dengan optimis,maka ketenangan hidup akan mengikutimu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seperti Air yang Mengalir

27 Maret 2013   01:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:09 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam hidup, aku memilih untuk menjadi seperti air yang mengalir saja dan semuanya bukan karena ketidaksengajaan. Telah kulalui seribu proses mengapa aku memilihnya menjadi tema dan kekuatan dalam hidupku. Dulu, aku pernah ingin menjadi sebuah dahan pohon yang kokoh, lama sekali keinginan itu berdiri di tepi hatiku. Tetapi seiring perjalanan waktu aku memilih untuk meninggalkannya. Dahan tak cukup mampu menahan hembusan angin yang kencang dan sewaktu-waktu ia akan jatuh pula ke tanah. Padahal telah ia coba untuk menjadi penopang untuk ranting dan daunan di sekitarnya. Tapi ia tak jadi apa-apa setelah jatuh. Ya, ia memang punya jasa sebelumnya, tapi setelah itu ia tak jadi apa-apa. Koyak, patah lalu jatuh tak berarti lagi. Menjadi air yang mengalir tentunya berbeda. Meskipun air hanyalah air yang mengalir mengikuti arus membawanya dari hilir ke muara. Tapi ia punya sebuah cita-cita untuk menjadi berarti. Air menggerakkan turbin, air mengarahkan perahu nelayan, air menjadi tempat hidup ikan di laut dan masih banyak lagi. Sempat aku bertanya-tanya dan menjadi tidak yakin diri, apakah benar aku memilih kondisi itu sebagai sumber kekuatanku. Dan di antara pertanyaan-pertanyaan yang terus mengusikku, beribu frasa tentang kekuatan menjejali dan memekakkan telingaku. Tapi lagi-lagi aku memilih dia. Air yang mengalir bagiku bukanlah hanya sebuah ungkapan yang sia-sia. Karena aku tau, aku masih punya cita-cita, mengalir mengikuti kemana cita-citaku ingin berlabuh. Mengalir dengan kesadaran untuk menciptakan sejarah sendiri, lalu menjadi berarti karenanya. (sebuah harapan yang selalu aku beri tempat utama di setiap perjalanan hari). Mengalir untuk tetap menjadi diriku yang sampai sekarang masih terus berproses. “Terus berproses bagai pucuk daun muda yang merindukan ketinggian langit” (Kata-kata yang begitu kuingat disampaikan seorang kawan baik ketika aku kebingungan mencari rumusan tentang siapakah aku) Maka aku putuskan untuk menempatkan aliran itu di sini, di sebuah ruang yang dimudahkan teknologi. Hanya sebagai penanda dan mungkin bukti keseriusanku akan frasa itu. Tapi yang terpenting adalah bahwa aku bisa merefleksikan sebuah perjalanan hari dan hatiku..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun