Sebuah sajian eksotisme bahari terpendam di kumpulan pulau-pulau kecil dalam kluster Buhias. Sebuah kluster yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Klaster Buhias merupakan kumpulan dari rangkaian beberapa pulau yang seolah tercampakan di lautan yang mengepungnya. Beberapa pulau memang menjadi tempat kehidupan masyarakat seperti Pulau Buhias sendiri, Pulau Pahepa, Pulau Tapile. Namun beberapa pulau kecil lainnya hanya menjadi tempat singgah nelayan. Salah satu pulau yang tak berpenghuni adalah Palau Mahoro. Berada pada garis paling luar peta administrasi Kab. Kepl. Siau Tagulandang Biaro, Pulau Mahoro menjadi titik paling timur dari kabupaten yang baru berusia 4 tahun ini. Dengan perahu nelayan bermesin katinting, Pulau Mahoro dapat dijangkau dalam waktu sekitar 90 menit dari Pelabuhan Ulu Siau. Jika kita dapat menyewa speed boat, Pulau yang tersembunyi di balik Pulau Buhias ini dapat dijangkau hanya dalam waktu 15 menit. Lepas dari Pelabuhan Ulu Siau, perjalanan akan dilatar belakangi oleh Gunung Api Karangetang. The real volcano ini seolah menegaskan, bahwa anda berada di wilayah kekuasaannya. Seiring Gunung Adat orang Siau yang semakin mengecil, perjalanan akan mendekati Pulau Buhias. Mengambil jalur samping kiri, anda akan disuguhkan oleh pulau-pulau batu nan cantik. Seolah menyembul dari laut, pulau-pulau batu tersebut menjadi tempat ombak melepaskan keangkuhan buihnya. Batu-batu itu menjadi tebing yang menggoda untuk ditaklukan. Sediakan nyali saja, dan anda bisa mengexplore sepuasnya. Lepas dari Pulau Buhias, pemandangan sungguh tersaji dengan eloknya. Pulau-pulau terhampar membentuk setengah lingkaran dengan Pulau Mahoro berada paling ujung sebelah kiri. Perahu kami merapat di bagian baratnya. Terdapat sebuah goa sarang burung walet. Sayang air lagi pasang, sehingga saya tidak bisa masuk kedalamnya. Goa sarang burung walet ini juga menjadi salah satu daya tarik Pulau Mahoro. Pasir Putih Setelah cukup puas menyaksikan Goa Sarang Burung Walet dari arah laut, perahu diarahkan ke samping kanan pulau. Dan tersajilah eksotisme pasir putih yang sangat cantik. Berbeda dengan pasir putih di pulau lainnya, Pasir putih di Pulau mahoro menjadi spesial karena pulau ini tidak berpenghuni. Mendekati pantai, anda akan disajikan dengan hamparan karang yang terhampar didangkalnya air. Hamparan karang ini menjadikan warna air laut disekitar Pulau Mahoro berwarna hijau. Tak heran, tempat ini menjadi salah satu tempat snorking favorit turis asing jika datang ke Siau. Perahupu pun merapat ke pantai. Dan telapak kaki dimanjakan oleh halusnya pasir putih. Tak tahan oleh godaan pantai yang eksotis ini, Saya langsung menelusuri pulau yang terbilang kecil ini. Sungguh sebuah pemandangan yang sangat layak untuk dipromosikan. Sebab jika anda beristrirahat di pantai, akan tersaji di depan mata beberapa pulau kecil. Seolah pulau-pulau tersebut membentengi laut yang ada disekitar Pulau Mahaoro. Keberadaan pulau-pulau tersebut, membuat perairan laut yang ada di depan pantainya menjadi tenang. Sehingga sangat cocok untuk dijadikan tempat bermain jet ski atau olahraga air lainnya. Atau jika anda memang tergoda untuk menikmati laut yang tenang tersebut, sewalah alat pancing sejak dari Pulau Siau. Sebab keberadaan terumbu karang yang ada membuat banyak jenis ikan enggan pergi. Setelah puas menjelajahi pantai dan memotret, Saya akhinya kembali ke Pulau Siau dengan perahu nelayan yang disewa. Walau explorasi yang dilakukan sangat singkat, namun sangat berkesan. Pulau Mahoro menyimpan potensi wisata yang sayang untuk tidak digarap. Memang harus diakui pula, banyaknya perhatian pada sektor lain yang diberikan oleh Pemkab Sitaro menjadikan pengembangan sarana dan fasilitas pariwisata menjadi lambat. Namun demikian, instansi terkait seperti Bappeda dan Disperindag harus secara intens mempromosikan potensi industri wisata di Kab. Kepl. Sitaro. "Jika memang pemerintah daerah belum sanggup menyediakan dana dalam menggarap objek-objek wisata, sebaiknya undanglah investor untuk mengembangkannya." Harapan Robby Lapasa salah seorang warga Siau. Pulau Mahoro memang sebuah nirwana. Tempat bermanja yang jauh dari kebisingan dan polusi. Disana hanya ada suara angin dan deru ombak. Yang ada hanya nyiur melambai memberi keteduhan dan pasir putih nan halus sebagai tikar alam tempat bermanja. Pulau Mahoro menggoda untuk didatangi kembali. Tapi semoga, dia tidak datangi oleh keserakahan budaya modern manusia. Biarlah Pulau Mahoro dan pulau-pulau "virgin" lainnya tetap menjadi surga dari warisan alam indonesia dan kaya ini. Kita boleh meng-eksplore-nya, tapi dengan konsep keseimbangan alam. (Ronny A. Buol, http://www.sitaro.wordpress.com)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H