Mohon tunggu...
Ronna Rachma
Ronna Rachma Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa unair

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Peluang Kerja TAK SAMA: Kesetaraan Hak Lelaki dan Perempuan BELUM TUNTAS

17 Desember 2024   23:00 Diperbarui: 17 Desember 2024   22:59 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Perempuan selalu menjadi isu yang menarik untuk diperbincangkan. Bukan dalam maksud negatif, melainkan segala hal pasti dapat dikaitkan dengan sosok perempuan, salah satunya kesetaraan hak dalam peluang pekerjaan. Pada masa sekarang, hampir seluruh perempuan mempunyai mimpi untuk menjadi wanita karir yang sukses. Namun bagaimana dengan realita pada karir perempuan saat ini?

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja perempuan di Surabaya meningkat dari yang awalnya 55,46% pada tahun 2022, menjadi 57,61% pada tahun 2023. Hal ini membuktikan bahwa Partisipasi Angkatan Kerja perempuan terus meningkat 1-2% tiap tahunnya. Namun angka tersebut tidak sebanding dengan Partisipasi Angkatan Kerja lelaki yang bisa mencapai angka 80% pada tahun 2023. 

Para perempuan dalam persentase tersebut juga rata-rata bekerja di sektor informal, seperti berwirausaha, menyedia jasa, dan lainnya. Hal tersebut mungkin dianggap biasa dikalangan masyarakat, tetapi sebenarnya ada penyebab lain mengapa para perempuan di Indonesia kesulitan mendapatkan pekerjaan yang lebih menjanjikan.

Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi sulitnya perempuan dalam mendapatkan pekerjaan yang memadai:

1.Tekanan dan stres dunia kerja

Seperti yang kita ketahui bahwa perempuan adalah makhluk yang didominasi oleh perasaan, maka dari itu mereka mudah merasakan tekanan dan merasa stres. Banyak perempuan yang bekerja tapi juga memegang peran ganda, seperti sebagai ibu rumah tangga, mahasiswa, membuka usaha, bahkan bekerja sampingan. Adapun menurut Akbar D. A., banyak faktor yang memengaruhi stres pekerjaan pada perempuan, seperti: beban kerja yang berlebiahan, menanggung banyak tanggung jawab, mempertimbangkan jenjang karir, kelompok dan lingkungan kerja yang tidak sesuai, karakteristik tugas, juga para pimpinan. Stres merupakan hal yang wajar dan akan hilang dengan sendirinya ketika kita sudah berhasil menghadapi dan berdamai dengan penyebab stres tersebut.

2.Resiko kesehatan dan cedera

Selain menjadi makhluk yang penuh dengan perasaan, perempuan juga memiliki kondisi fisik yang cenderung lebih lemah. Hal tersebut yang mendukung mengapa perempuan tidak cocok untuk bekerja secara lapangan. Selain itu, biaya perawatan dan kesehatan perempuan juga lebih mahal, karena kondisi fisiknya lebih rentan terkena penyakit.

3.Upah yang tidak sesuai

Alasan ini merupakan alasan yang paling logis. Menurut artikel dari Gunadi N. S. V., dkk, menyatakan bahwa kesenjangan upah antara laki-laki dan perempuan serta adanya diskriminasi gender menyebabkan partisipasi perempuan dalam pasar tenaga kerja menjadi rendah. Tak dapat dianggap sepele, kesenjangan upah antar gender juga termasuk ketimpangan gender. Definisi ketimpangan gender adalah sebagai kumpulan masalah yang saling terikat. Maksud dari ungkapan tersebut adalah ketimpangan dalam kematian, ketidakadilan dalam kelahiran, ketimpangan fasilitas, akses pendidikan yang tidak merata, pelatihan profesional, dll. Ketidakadilan profesional dalam pekerjaan tertentu, ketidakadilan dalam kepemilikan aset (Arora dalam Gunadi N. S. V., dkk. 2023)

4.Pelecehan seksual

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun