Anak saya yang nomor dua, Ahsanu Nadia, meski seorang perempuan, dia memiliki keberanian yang barangkali ia warisi dari ayahnya. Dia memiliki jiwa petualang, ingin terus berjuang hingga sampai di tujuan. Ia tidak peragu seperti Ummahnya.
Setelah menghadiri acara "Baralek" di Paninggahan, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, seorang Bapak -- bapak warga lokal yang kami tanyai tentang jalan pintas menuju pulang, malah menyarankan kami mendaki Puncak Gagoan.
"Anda akan menyesal, sudah sampai di Paninggahan, tapi tidak singgah di Puncak Gagoan." Sang Bapak berusaha menyakinkan kami.
"Apa yang ada di sana, Pak?" Dia malah bingung menjawabnya.
Bismillah, kami tancap gas mobil, berjalan pelan di jalanan yang dicor, kadang berbatu, menanjak di beberapa bagian, di kanan kirinya kebun masyarakat dan hutan.
Istri saya dihampiri ketakutan, karena tidak lagi bertemu rumah warga. Tapi Nadia, yang duduk persis di belakang saya, terus memberikan semangat.
"Lanjut Yah." Di hatinya memang tidak lagi menyimpan rasa takut.
Kira -- kira 10 menit perjalanan kami sampailah.
Subhanallah, dari atas sini terlihat hamparan Danau Singkarak yang indah, di tepinya persawahan warga dan pohon kelapa. Di ujung jalan itu, kawasan hutan belantara yang hijau dan masih asri.
Kami langsung singgah di sebuah kedai, yang dari dalam sana, semua keindahan itu terpampang lebih jelas lagi.