Mohon tunggu...
Ronie Hardjowiguno
Ronie Hardjowiguno Mohon Tunggu... -

Pekerja Film, tinggal di Ciputat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tanpa Dipasangkan Dengan Sendal Jepit Pun, Jokowi Bisa Kalah!

21 April 2014   10:13 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:24 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah 15 tahun golput, 9 April kemarin saya nyoblos lagi. Apakah karena Jokowi nyapres? Iya betul! Alasannya sederhana, Pertama karena track record Jokowi yang saya anggap bersih, baik ketika menjabat Wali Kota Solo, maupun ketika memimpin Jakarta.  Bahkan ketika pemilihan walikota periode berikutnya, konon kabarnya tanpa banyak modal, Jokowi menang telak, lebih dari 90% warga Solo memilih dia.  Calon mana yang mampu meraih dukungan hampir seluruh warganya (katanya) tanpa curang?! Sehingga (dan ini yang paling penting) Jokowi tidak punya beban 'Dosa Masa Lalu'. Kedua, kenapa saya nyoblos lagi, karena kandidat capres lainnya adalah Prabowo -Danjen Kopassus- Subianto dan Ical -lumpur Lapindo- Bakrie. Keduanya saya anggap punya cacat sejarah yang harus dilawan agar tidak memimpin Indonesia tercinta ini.

Prabowo, saat menjadi Danjen Kopassus tahun '98, dari 13 orang yang disangkakan diculik atas perintah/sepengetahuannya, Prabowo 'hanya' mengakui 9 orang kepada Dewan Kehormatan Perwira yang menyidangnya. Dia seharusnya diajukan ke Mahkamah Militer (Mengusut Nurani Tim Mawar - Tempo). Sementara Aburizal -Ical- Bakrie terus menerus berkelit untuk membayar ganti rugi yang belum selesai kepada korban yang terdampak semburan lumpur panas Lapindo miliknya, sejak delapan tahun yang lalu! (Aburizal Bakrie Bersikukuh Lapindo Tak Bersalah - Tempo). Namun agaknya masyarakat kita gampang lupa ingatan, kedua orang ini mulus melenggang menjadi capres melalui partai masing-masing, Gerindra dan Golkar. Bahkan pada Pileg kemaren Golkar dan Gerindra masuk 3 besar, menempati urutan ke-2 dan ke-3 pemenang Pileg, setelah PDIP diurutan pertama.

Lalu bagaimana dengan Pilpres nanti? Setidak-tidaknya ketiga kandidat di atas akan bersaing memperebutkan kursi RI-1 berikut wakilnya. Meskipun banyak survei mengunggulkan Jokowi, itu bukan jaminan dia pasti menang, sempat ada celotehan, "Dipasangkan dengan sendal jepit pun Jokowi pasti menang!" Omong kosong! Kita harus berkaca dari Pileg kemaren, meskipun diurutan pertama, namun target 30% suara nasional yang digembar-gemborkan PDIP saat kampanye ternyata jauh meleset. Entah karena salah strategi atau black campagne lawan yang sukses, yang jelas menurut berbagai quick count, PDIP tidak akan meraih lebih dari 20% suara untuk Pileg. Ini sangat mengejutkan mengingat hasil survei dari berbagai lembaga survei sebelum Pileg hampir semua mengunggulkan Jokowi dengan perolehan suara yang cukup signifikan.

Dalam politik tidak ada yang tidak mungkin, Jokowi yang tadinya moncer bisa tiba-tiba terpuruk, terjungkal  tinggal sejarah. Melihat alotnya mencari teman koalisi yang sepaham tanpa bagi-bagi kursi, bukan tidak mungkin PDIP cuma dapat Nasdem. Bila ini terjadi, cilaka duabelas! Makin berat buat Jokowi dan PDIP untuk menang! Kenapa? Karena pertama, kedua partai ini tidak punya banyak orator ulung yang mampu mempengaruhi pemilih dibanding partai-partai senior lainnya, terutama Golkar, sehingga meskipun sudah di 'gas pol' gerak mesin politiknya terbatas. Belum lagi menangkis black campagne yang pasti akan terus menerus dilancarkan oleh lawan. Jokowi Pengkhianat! Jokowi anak Cina! Jokowi antek Yahudi! Jokowi Abangan! Entah apalagi nanti. Benar atau tidak urusan belakang! Alasan kedua, makin banyak partai yang melawan makin banyak isu yang disebar, makin sulit mencari dukungan. Mungkin masih ada harapan jika Jokowi bisa memilih pasangan yang tepat. Siapakah dia? Punya banyak massa-kah? Diterima pasar gak? Bisa membantu Jokowi mengembangkan gagasan sekaligus menangkis isu, gak? Mungkin JK bisa, tapi apakah dia yang dipilih Jokowi nanti? Kita tunggu saja.

Sedikit melihat peta koalisi, agaknya Ical dianggap kurang menjual baik di internal Golkar sendiri, apalagi dari luar. Hambatan paling besar lagi-lagi masalah lumpur Lapindo yang membelit perusahaannya. Elektabilitas Ical selalu di bawah partainya sendiri. Jadi kemungkinan jika tidak dievaluasi, Ical pun sulit mencari teman koalisi. Sehingga kemungkinan besar, banyak partai akan berduyun-duyun masuk ke gerbong Gerindra-Prabowo. Dengan demikian Prabowo-lah lawan sesungguhnya bagi Jokowi, ini perlu dicermati para pendukung Jokowi. Apalagi Prabowo pun mengklaim koalisinya bersih dari transaksional, bagi-bagi kursi. Meskipun ini bertolak belakang dengan pernyataan Fadli Zon sebelumnya, tidak ada koalisi tanpa bagi-bagi kursi, memangnya mau dimakan sendiri?! Selain itu banyak juga yang tergila-gila dengan sosok karakter Prabowo yang tegas, anti tesis dari presiden sebelumnya. Jika semua itu berhasil diyakinkan oleh mesin politiknya dan dosa-dosa masa lalunya berhasil dipendam dari ingatan publik, Prabowo punya kans besar menyungsepkan Jokowi!

Jadi hati-hati! Tanpa dipasangkan dengan sendal jepit pun JOKOWI BISA KALAH !!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun