Mohon tunggu...
R_82
R_82 Mohon Tunggu... Wiraswasta - Adalah seseorang yang hidup, menghidupi dan di hidupkan OlehNya. Begitupun dengan kematian dan semua diantaranya. tanpa terkecuali.

Bukan sesiapa yang mencari apa dibalik mengapa dan bagaimana

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Gila dan Kegilaan Orang Waras

10 Februari 2012   21:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:48 2614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Fhoto gila-gilaan oleh Roni Black Bitung"][/caption]

Saya cukup tekesan dengan perkataan teman saya beberapa waktu lalu. Dia berkata tentang orang gila yang dengan segala penafsirannya. Cukup rumit memang memahami apa yang dia katakan. Karena begitu tidak normal dan tidak bisa diterima secara sederhana saja. Perlu pemikiran, berdiskusi lama dan perumpamaan yang banyak. Walaupun untuk beberapa kalimat saja tentang "gila".

"Gila itu adalah kepintaran yang belum diterima orang waras"

Kira-kira, begitulah pembicaraan itu dimulai. Kemudian penambahan dan perumpamaan selanjutnya ditambahkan lagi. sehingga tentang "gila" ini menjadi sebuah pembicaraan yang menarik untuk di bahas. "Gila" dalam hal ini penyebutan kepada sikap, pemikiran dan pengartian prilaku serta pikiran seseorang. Bukan gila sebagai arti kata seperti terdapat dalam kamus bahasa indonesia dan wikipedia (arti gila).

Berikutnya, "gila" di dibandingkan dengan antara prilakunya. Antara orang gila dan orang waras pada beberapa sifat dan kebiasannya. Dimana orang gila memiliki kebiasaan yang ternyata jauh lebih baik daripada orang waras. Tapi dengan catatan bahwa itu hanya berada pada beberapa contoh yang diutarakan saja.

"Orang gila itu tidak akan menyembunyikan kegilaannya. Berbeda dengan orang waras yang selalu menutupi kegilaannya dengan hal-hal yang wajar."

Sepintas dari kalimat tersebut saya langsung berasumsi panjang lebar. Secara sederhana langsung membayangkan tentang orang gila yang berada di jalanan atau di RSJ. Jelas sudah bahwa mereka memang orang gila yang tidak normal, tidak biasa dan tidak wajar seperti manusia pada umumnya. Mereka pun tidak bisa menyembunyikan kegilaannya, mereka juga tidak perlu berbuat atau melakukan hal-hal yang tidak wajar agar disebut gila. Mereka memang gila dan mungkin tidak menyadari kegilaanya. Tanpa menunjukkan apapun orang lain sudah tahu bahwa dia adalah orang gila. Meski demikian, mereka memang tidak pernah berusaha untuk menyembunyikan kegilaanya. Mereka adalah gila yang seutuhnya tidak dibuat-buat dan tidak pula berusaha untuk menjadi orang waras.

Lain halnya dengan orang waras, terkadang dengan penuh kesadaran mengakui bahwa dirinya tidak normal, tidak biasa dan tidak wajar. Tapi orang waras kerapkali berusaha menutupi kegilaannya dengan cara apapun, bahkan bisa jadi jika caranya itu melebihi gila dari perbuatannya. Seperti halnya kegilaan seseorang pada sebuah jabatan atau kekayaan dan popularitas. Terkadang dia mengakui bahwa dia bertindak gila-gilaan, melebihi batas dan tidak bisa dianggap bisa lagi, lebih lanjutnya disebut juga "gila". Seperti halnya ungkapan seperti ini:

"Gila gue, mendapatkan semua ini dengan cara...,..."

Meski demikian, kegilaan tersebut bisa ditutupi dengan cara apapun, agar orang lain menganggapnya wajar dan normal saja. Seperti halnya orang telah melakukan penipuan, kejahatan dan segala jenis ketidak laziman dalam kehidupannya, mereka bisa menutupinya dengan cara apapun. Walaupun terkadang, cara menutupinya tidak lebih dari sebuah kegilaan baru yang berikutnya saja.

Ketika melihat tayangan berita dalam televisi misalnya. Kegilaan wakil rakyat yang tidak aspiratif begitu telihat jelas, kesimpang siuran peradilan, aneka ragam kejahatan, serta perdebatan seputar ketidak wajaran yang terkadang dilakukan dengan cara yang tidak wajar pula. Bayangkan saja! Apakah tidak termasuk gila seorang kakek menyetubuhi cucunya? Bahkan lebih gila lagi ketika seorang ayah menghamili anak kandungnya sendiri. Lantas bagaimana nantinya? Siapa yang kan menjadi ayah dari anak hasil hubungan antara anak dan ayah kandung?.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun