Mohon tunggu...
R_82
R_82 Mohon Tunggu... Wiraswasta - Adalah seseorang yang hidup, menghidupi dan di hidupkan OlehNya. Begitupun dengan kematian dan semua diantaranya. tanpa terkecuali.

Bukan sesiapa yang mencari apa dibalik mengapa dan bagaimana

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bukan Pelari Sesungguhnya “Kisah Keindahan dalam Kebersamaan”

5 Juli 2011   03:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:56 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_118034" align="aligncenter" width="648" caption="Ilustrasi : Tags FB Wendy Harvey"][/caption]

Seperti beberapa tahun sebelumnya pada perayaan Cancer Research ini. sekolah dan beberapa perusahaan serta instansi pemerintah di liburkan. Ini memang hari libur bersama dan kami selalu merayakannya dengan kegiatan olahraga. Biasanya kami berjalan bersama sekitar 7km-an.

Hari ini memang terasa begitu istimewa. Karena kami akan melakukan lomba lari. Tidak seperti biasanya yang hanya melakukan gerak jalan tanpa ada pemenangnya. Beberapa pakaian beserta nomor peserta telah dibagikan sejak dua hari yang lalu.

Sekian peserta telah di persiapkan sebelumnya. Peserta lomba lari ini memang tidak bisa mendaftarkan diri. Karena pesertanya dipilih oleh setiap orang lain, boleh tetangga, sahabat, tman atau siapapun yang di inginkan. Uniknya dalam lomba ini, peserta yang dipilih adalah orang yang jarang berolahraga atau orang yang malas berolahraga. Entah maksudnya sebuah sindiran atau teguran supaya rajin berolahraga. Yang jelas kami menanggapi semuanya dengan suka dan ceria. Kami menganggap itu semua sebagai hiburan saja.

Kami sudah menduganya sejak awal. Dari sekian peserta lomba lari itu, seluruh anggota keluarga kami terpilih untuk menjadi peserta lomba lari. Kami tau itu ketika surat pemberitahuan dan nomor peserta kami terima, dua hari sebelum pertandingan lari itu diadakan. Pada hari itu penerimaan surat itu pun kami langsung sibuk merencanakan akan berbelanja kebutuhan untuk lomba lari tersebut.

****

Kami berempat langsung menuju ke mini market menggunakan mobil ibuku. Kami dengan senangnya menyambut pertandingan lari yang akan di gelar dua hari lagi. Daftar belanjaan sudah di catat ibuku dan di simpan di dompetnya. Tidak ada sedikit pun rencana berlatih, yang ada di pikiran kami semua saat itu adalah persiapan pakaian dan peralatan yang diperlukan saja. Kami memang bukan pelari sesungguhnya.

Tiba di parkiran mini market, kami melihat Helen sedang membuka pintu mini market. Helen adalah tetanggaku, dia sangat pintar dan selalu juara kelas di sekolah. Setelah mobil di parkir, kami dengan segera menuju pintu mini market. Aku langsung mencari Helen. Sementara ibu dan kedua adikku langsung sibuk berbelanja.

Aku bertemu dengan Helen, ternyata dia bersama keluarganya. Sama seperti kami, mereka pun adalah keluarga yang terpilih untuk mengikuti lomba. Helen memang pintar, kutu buku dan jarang terlihat bergaul dengan tetanga yang lainnya. Apalagi urusan olahraga, rasanya aku nyaris belum pernah melihat dia aktif dalam kegiatan olahraga apapun. Helen biasa bertemu denganku di sekolah, atau pada saat ada acara-acara tertentu di komplek perumahan kami.

Helen sepertinya senang sekali, sama seperti kami. Dia dengan riang bercerita bahwa dia akan berusaha untuk menjadi juara. Lucu juga rasanya, melihat Helen dengan kacamata tebalnya berkata "Aku akan berusaha!" sambil mengepalkan tangan. Dia terlihat sangat serius untuk mengikuti dan memenangkan lomba ini. Sekilas terpikir olehku, mungkin dia bisa saja menang dalam lomba lari ini. Kami memang terlalu berat untuk berlari, berbeda dengan Helen yang langsing, pasti dia akan jauh meninggalkan kami. Biarlah! Hasil lombanya memang tidak terlalu di penting bagi kami, yang penting buat kami adalah ikut memeriahkan saja.

Saat aku menuju keluargaku, aku langsung mengernyitkan dahi. Ternyata adikku membawa beberapa barang yang tidak ada di dalam daftar. Botol minum ukuran Jumbo, lengkap dengan Tupperware untuk membawa makanan. Hmm! Mental makan adikku memang paling memonjol. Dia tidak akan rela meninggalkan sarapan paginya. Dan tidak mau ketinggalan untuk makan siang. “Aku tidak akan membiarkan perutku keroncongan”. Begitulah dia berkata, ketika aku tanya tentang barang barang yang dia bawa itu.

Ibuku sempat-sematnya memilih aneka ikat rambut dengan bentuk telinga kelinci berwarna merah. Dia berkata itu adalah aksesoris agar terlihat unik dalam lomba nanti. Hmmm! Heran juga,ternyata semua barang yang dibeli di luar daftar, lebih banyak daripada yang ada dalam daftar yang dibuat sebelum berangkat tadi. Sudahlah! Ini kan hanya hiburan saja, yang penting semuanya merasa senang. Walaupun biasanya berakhir dengan pemotongan uang sekolah kami.

****

Hari ini adalah hari yang sangat istimewa. Inilah saatnya pertandingan lari akan dilakukan. Sejak pagi sekali kami sudah bersiap dari rumah. Kathryne, adikku yang memakai baju dan celana merah sudah menunggu di depan rumah. Ibu dan ayahku sedang bersiap di kamar mereka. Sementara aku masih menghabiskan sarapanku, aku memang bangun kesiangan hari ini. Aku hanya mencuci muka dan menyikat gigi saja. Setelah selesai sarapan, aku segera berganti pakaian.

Ibu dan adikku sudah beberapa kali berteriak memanggilku. Aku pakai sepatu dengan tergesa dan kemudian setengah berlari menghampiri mereka. “Dasar tukang tidur” begitulah adikku berkata sambil cemberut ketika aku sampai di depan rumah. Aku berniat mencubit pipinya, namun dia dengan cepat berlari untuk mengindar.

Setelah di tegur ibuku, kami akhirnya berdamai. Aku bertugas membawa botol minum ukuran jumbo milik adikku, karena adikku membawa makanan yang dia siapkan untuk mekan siang. Padahal sepengetahuanku, acara ini akan selesai sebelum waktu makan siang. Aku menggerutu sambil berjalan bersama adik dan kedua orang tuaku.

Sesampainya di plymouth hoe, kami disambut beberapa tetangga yang sudah bersiap untuk mengikuti kegiatan lomba lari. Helen juga sudah terlihat bersama seluruh anggota keluarganya. Baru saja kami mengobrol sebentar, tak lama kemudian terdengar panitia sudah memberikan pengumuman. Bahwa beberapa menit lagi lomba akan dimulai.

****

“Lomba lari ini adalah lomba yang di ikuti peserta yang di pilih oleh orang lain. Tetangga dan saudara yang berdekatan adalah pnentu siapa yang akan mengikuti lomba. Dan untuk saat ini seluruh peserta telah hadir. Oleh karena itu akan di umumkan sekarang, bahwa lomba ini akan menempuh jarah 7 km dari plymouth hoe menuju ke Frances Drake Statue. Tapi perlu di ingat bahwa pemenang yang berhak mendapatkan hadiah adalah seluruh anggota keluarga yang sampai pertama disana. Jadi, jika hanya sebagaian saja yang sampai maka pemenang belum dapat di tentukan. Oleh karena itu, kekompakan dan kebersamaan sangat menentukan disini”

[caption id="" align="alignleft" width="194" caption="Plymout hoe : http://upload.wikimedia.org"]

[/caption] Setelah pengumuman itu disampaikan. Spontan para peserta berbicara dengan masing-masing anggota keluarganya. Kegaduhan mulai terdengar, karna rata-rata mereka mengluh dengan anggota keluarganya masing-masing. Sama saja sepertiku, aku dan ayahku langsung melihat ibu dan adikku. Karena mereka pasti akan menghambat kecepatan berlari kami. Ibuku memang bertubuh subur, sama dengan adikku. Aku memang agak langsing jika dibandingkan mereka, ayahku juga gemuk tapi dia lebih gesit daripada ibu dan adikku.

Aku melihat Helen yang sepertinya kecewa sekali. Karena ibunya bertubuh lebih besar daripada ibuku, aku sempat tersenyum ketika melihatnya. Helen terlihat lesu dan tidak bersemangat sambil berbicara kepada ibunya. Sepertinya Helen agak pesimis untuk memenangkan lomba ini. wajah Helen nampak berbeda sekali dengan wajahnya ketika kutemui di mini market. Aku juga bisa membayangkan, untuk berjalan saja ibunya Helen terlihat kesulitan, apalagi untuk berlari. Hmmm!

****

Lomba telah dimulai. Dengan cepat Helen berlari meninggalkan kami, sementara peserta lain berlari dengan lambat. Karena masing-masing keluarga memiliki anggota keluarga yang tidak bisa berlari dengan cepat. Termasuk ibu dan adikku.

Hanya beberapa menit saja kami berlari. Karena kemudian kami hanya berjalan santai saja sambil mengobrol. Bahkan ketika garis start masih terlihat beberapa ratus meter di belakang kami, sebagian peserta sudah terlihat kelelahan. Aku melihat ibu dan ayahnya Helen menuju ke arah pinggir jalanan. Kemudian mereka duduk disana. Aku melihat ibunya Helen mengelap keringat di kening dan lehernya. Ayah Helen kemudian berdiri, menunggu istrinya untuk melanjutkan lomba. Sementara Helen sudah jauh berlari dan sudah tidak dapat terlihat lagi.

Kami terus berjalan perlahan. Sesekali aku membuka botol minum jumbo ini untuk adikku. Dia sudah terlihat kelelahan, keringat sudah membasahi kaosnya yang berwarna merah itu. Tapi aku cukup bangga dengan semangatnya, dia tidak menyerah dan tetap bersemangat untuk terus melanjutkan lomba lari ini. Walaupun aku lebih suka untuk menybut lomba lari ini dengan “lomba berjalan”.

Lebih dari setengah jam kami berjalan. Kali ini tidak hanya ibu dan adikku yang terlihat kelelahan, aku juga sudah merasakan hal yang sama, dan ingin berhenti saja. Para peserta lain juga sudah terlihat banyak yang berhenti dan duduk di pinggir jalan. Mereka mengipas-ngipas wajahnya. Keringat mereka terlihat bercucuran.

“Ayo kak! Jangan menyerah kita pasti menang”

Adikku berkata sambil mengembalikan botol minum kepadaku. Spontan aku ingin memeluknya dengan erat sekali. Di tengah rasa lelah dan keringat yang bercucuran itu, dia berkata dengan nada yang optimis. Aku rasanya menjadi bersemangat. Perkataan adikku itu membuatku merasa sangat malu, karena hampir saja aku berkata bahwa aku ingin berhenti dan beristirahat sejenak. Ibu dan ayahku tersenyum. Meski terlihat kelelahan, mereka mencoba untuk terus berjalan.

****

Ketika garis finish terlihat, kami dan seluluh peserta lain seakan mendapat kekuatan baru. Ingin rasanya kami cepat berlari dan menembus pita yang dibentangkan itu. Pita berwarna merah itu adalah pertanda ketika peserta bisa menembusnya, berarti kemenangan telah diraih sebagai juara lomba kali ini.

Adikku berteriak dan langsung berlari. Aku dan kedua orang tuaku mengikuti, namun langkah ibuku rasanya terlalu berat hingga aku dan ayahku terpaksa memapahnya. Agar kami bisa menembus garis finish secara bersamaan. Karena itulah syarat syah agar bisa menjadi pemenang.

Suara teriak dan tepuk tangan penonton di sekitar garis finish terdengar, membuat kami semakin bersemangat untuk menjadi yang pertama. Aku melihat Kathryne semakin mendekati garis finish. Dia kemudian behenti dan membalikan badannya ke arah kami.

“Ayo! Cepaat! Kita akan jadi juara!”

Katryne terus berteriak sambil loncat-loncat. Loncatannya tidak begitu tinggi, karena badannya yang terlalu berat. Kami terus menuju ke garis finish setengah berlari. Ibuku berusaha keras untuk mempercepat langkahnya. Aku dan ayahku masih membantunya supaya ibuku lebih cepat melangkah.

Tiba tiba seorang anak dan perempuan setengah baya berlari cepat dari arah belakang. Mereka lebih cepat dari langkah kami. Garis finish tingal beberapa meter saja. Dan akhirnya pita berwarna merah itu di tembus oleh mereka. Kamimenyaksikan mereka menembus garis finish.

Rasanya seperti gerakan yang diperlambat dalam video. Mereka menembus garis finish dengan perasaan bangga. Mereka kemudian berloncat-loncat pertanda kemenangan. Anak dan ibu itu adalah juaranya. Aku melihat Kathryne menyaksikan mereka dengan pandangan yang lesu dan sedih. Rasa bersalahku mulai terasa begitu besar. Pasti Kathryne merasa kecewa sekali dengan kekalahan ini. karna kami tinggal beberapa langkah saja di garis finish.

Aku langsung menghampiri Kathryne. Dia berdiri menunduk di garis finish. Kekecewaan itu tidak bisa disembunyikan lagi. Aku kemudian jongkok dan mencoba memeluk Kathryne sambil meminta maaf kepadanya. Karena tidak bisa menjadi juara. Kathryne masih menunduk, dia tidak menghiraukan perkataanku.

Tanpa kami duga sebelumnya. Seorang panitia telah berdiri di samping aku dan Kathryne. Dia membawa kalung bunga sebagai pertanda pemenang. Kalung itu kemudian di arahkan kepada Katrhryne. Kemudian katryne mengangkat wajahnya perlahan. Panitia itu tersenyum. Sementara Katryne dan aku bertatapan karena tidak mengerti dengan semuanya.

****

Kami adalah pemenang lomba lari itu. Karena keluarga yang lengkap mencapai garis finish adalah keluarga kami. Sdangkan yang lain telah sampai dan menyentuh garis finish tapi hanya sebagian saja. Sama halnya dengan Helen yang sampai paling awal di garis finish, tapi hanya sendirian. Sedangkan lomba ini hanya dimenangkan oleh keluarga yang sampai dengan anggota keluarga yang lengkap. Sehingga kelauarga kami menjadi pemenang pertama.

****

[caption id="" align="aligncenter" width="648" caption="Akhirnya Kathryne menikmati hasil dari lomba dengan sangat puas di Flambards : FB Sophie Harvey"][/caption] Dedicated to Sophie  Harvey. I will translate it soon.

****O****

NB : Terinspirasi dari pengalaman jalan santai  pada Cancer research yang biasa dilakukan tiap tahun pada tanggal 19 July

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun