Mohon tunggu...
R_82
R_82 Mohon Tunggu... Wiraswasta - Adalah seseorang yang hidup, menghidupi dan di hidupkan OlehNya. Begitupun dengan kematian dan semua diantaranya. tanpa terkecuali.

Bukan sesiapa yang mencari apa dibalik mengapa dan bagaimana

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Latahku tentang Kata “Kebangkitan”

20 Mei 2011   09:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:25 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_109143" align="aligncenter" width="560" caption="Ilustasi semangat mengibarkan bendara Indonesia (Google) "][/caption]

Aku hanya latah tentang “Kebangkitan”?

Pagi ini terdengar sebuah "kata"  begitu ramai di bicarakan. Tetangga dan teman temanku seperti keranjingan dengan kata itu. Di desa ini semua warga memang saling mengenal karna penduduknya begitu ramah dan selalu saling menyapa. Dan pagi ini sapaan selamat pagi sepertinya telah digantikan dengan kata yang seolah menjadi password dalam memulai aktifitas. “Bangkit”, “bangkitlah” dan “Hari Kebangkitan”.

Sesaat aku tertegun. Tak mengerti dengan semuanya, bangkit darimana? Bangkit untuk apa? Dan apa yang harus dibangkitkan?. Dalam ketidak tahuan itu, aku hanya berkata latah dengan menyerupai semuanya. Menyerukan kata yang sepenuhnya belum dipahami. “Ayo! Bangkitlah!”

Seketika itupun koran dan majalah bekas di rumahku dikumpulkan. Artikel, berita hingga puisi dan cerpen menjadi sasaran bacaan. Jika dalam judulnya terdapat pasword sebagai kata kunci. Yaitu “Kebangkitan”. Berikutnya internet menjadi tujuanku untuk browsing dan mencari tau tentang kata tersebut. Meskipun jauh-jauh hari kata kebangkitan kerapkali terdengar, apalagi pada masa sekolah, bahkan beberapa kali mengikuti upacara Hari Kebangkitan Nasional. Walaupun belum begitu paham juga arti yang sebenarnya. Hanya latah saja.

Berikutnya setelah membolak balik Koran bekas dan browsing. Aku menuliskan kembali pemahan saya tentang “Kebangkitan”.

Menyoal asal mula “Hari Kebangkitan Nasional”

Diawali dengan berdirinya organisasi Boedi Oetomo yang didirikan atas prakarsa para mahasiswa kedokteran STOVIA, Jakarta. Pada tanggal 20 Mei 1908. Boedi Oetomo (disingkat BO) merupakan organisasi yang dipimpin oleh para ambtenaar, yaitu para pegawai negeri yang setia dan menikmati hidup nyaman dengan gaji dari pemerintah kolonial Belanda. Ketua BO pertama dijabat oleh Raden T.Tirtokusumo, Bupati Karanganyar loyalis kepada kaum penjajah Belanda. Raden T.Tirtokusumo memimpin hingga tahun 1911.

Berikutnya aku mendapat beberapa ungkapan tentang BO yang sepertinya tidak merujuk pada Kebangkitan Nasional. Karena tidak mengkritisi keberadaan penjajah Belanda di Indonesia. Lalu saya menyimak lagi ADART BO pada pasal 2 tertulis "Tujuan organisasi untuk menggalang kerjasama guna memajukan tanah dan bangsa Jawa dan Madura secara harmonis.

Berdasarkan fakta sejarah itulah. Sejumlah tokoh pergerakan, seperti KH. Firdaus AN menegaskan jika hari hari kelahiran BO pada : 20 Mei 1908, tidak relevan diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Karena BO tidak mencita-citakan atau tidak mengupayakan kemerdekaan dari penjajahan Belanda.

Menyimak fakta dan ungkapan para tokoh pergerakan perjuangan Kemerdekaan tersebut, kemudian saya memiliki pertanyaan. Kenapa dan bagaimana bisa tanggal 20 Mei itu di peringati sebagai Hari Kebangkitan Nasional?.

Dalam menyikapi hal tersebut. eksistensi BO bisa jadi adalah asal mula terpancingnya daerah lain untuk membuat hal yang serupa. Adapun organisasi-organanisasi kebangsaan yang memiliki visi sama diantaranya adalah : Jong Ambon (1909), Jong Java dan Jong Celebes (1917), Jong Sumatera dan Jong Minahasa (1918). Pada tahun 1912juga berdiri Muhammadiyah, 1926 Nahdlatul Ulama, dan kemudian pada tahun 1927 berdiri Partai Nasional Indonesia.

Dari sana mungkin bisa jadi BO menjadi relevan untuk dijadikan momen besar Kebangkitan Nasional. Walaupun masih agak rancu ketika mengetahui bahwa pada tanggal 16 Oktober 1905 telah didirikan organisasi kebangsaan yang didirikan oleh Haji Samanhudi yang bernama Sarekat Islam.

Terlepas dari polemik BO dan ketidak cocokkan fakta yang ada dengan ungkapan dan penetapan Hari Kebangkitan Nasional. Selanjutnya banyaknya bermuculan organisasi kepemudaan yang mencapai puncaknya pada tahun 1928 yang eskalasinya lebih besar dan menyeluruh yaitu dengan lahirnya Sumpah Pemuda yang menjadi titik tolak paling penting dalam meraih kebersamaan kekuatan untuk melawan penjajahan Belanda. “Satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa. Indonesia”.

Harapan kebangkitan nasional pada saat ini.

Apapun yang terjadi sebelumnya, kini yang kita hadapi adalah keadaan yang sebenarnya. Dimana bangsa kita memang sudah lepas dari penjajahan Belanda sejak tahun 1945. Namun demikian keberadaan kita saat ini sepertinya belum menjadi negara maju yang rakyatnya sejahtera secara menyeluruh dan terjamin keutuhannya. Seperti yang tertera dengan jelas dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 bahwa rakyat indonesia harus makmur, adil dan sejahtera.

Pada Saat ini Kebangkitan itu memang seharusnya digalakan kembali. Dimana kita sebagai bangsa Idonesia harus sesegera mungkin bangkit dari segala keterpurukan. Karena Pasca kemerdekaan kita memang jauh lambat perkembangan kesejahteraannya jika di bandingkan dengan beberapa negara tetangga yang usia kemerdekanya lebih muda.

Disisi lain segala stabilitas baik itu dalam ekonomi politik dan sosial, sepertinya masih terlalu banyak untuk dibenahi. Bahkan krisis ketidak percayaan warga terhadap pemimpinnya menjadi hal yang sangat rentan menjadi ketidak nyamanan dalam berbangsa dan bernegara di Indonesia ini. Fenomena tersebut merupakan salah satu keadaan yang mengharuskan kita untuk bangkit. Dan inilah saatnya kebangkitan itu segera di galakan.

Kebangkitan yang di maksud adalah. Segala kesadaran akan terjadinya hubungan yang sinergis. Dimana semuanya merujuk pada kepercayaan rakyat terhadap pemimpin dan para pemimpin yang senantiasa menjaga kepercayaan dari yang dipimpinnya.

Karena saat ini, ketika rakyat mulai melek dan bangkit dari ketidak tahuannya, baik tentang intelektual, politik dan ekonomi, justru menjadi boomerang yang mengarah pada ketidak percayaan rakyat kepada pemimpinnya. Karna banyak ketidak pastian hukum, ketik merataannya pembangunan, dan yang paling populer adalah Praktek KKN di kalangan pejabat pemerintahan.

Dari sini maka saatnya kita harus bangkit untuk senantiasa melek dan sadar tentang begitu pentingnya peran rakyat di Indonesia yang berazas demokrasi ini. selain itu, tentunya para pemimpin harus sesegara bangkit untuk menjadi Pemimpin yang amanah dan dapat menjaga kepercayaan yang telah dberikan kepada mereka.

Mari jadikah momen kebangkitan nasional ini menjadi momen kebangkitan kita menuju hal yang lebih baik dari sebelumnya. Bangkitlah Indonesiaku!.

***O***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun