Saat ini, opini publik bisa diidentikan dengan opini media massa. Walaupun yang lebih menonjol, opini media massa terkadang menggiring opini publik. Tidak sedikit pula media massa yang memang dijadikan tunggangan oleh pemiliknya, terutama untuk keperluan politik.
Untunglah saat ini banyak pula media yang netral dan dapat menyediakan wadah untuk suara-suara individu, seperti halnya blog kompasiana ini.
Penggiringan opini, terutama berkaitan dengan masalah SARA marak terjadi. Berita-berita yang belum jelas kebenarannya dikutip oleh media-media massa dadakan, menimbulkan emosi dan kebencian dan cenderung dapat memecah belah persatuan. Ada yang hanya karena tujuan peningkatan oplah tapi ada pula yang memang tidak senang dengan persatuan rakyat Indonesia.
Pemilu yang baru saja kita lalui dengan damai, banyak mendapatkan apresiasi terutama dari negara-negara yang tengah dilanda konflik. Misalnya, negara-negara timur tengah atau eropa timur, seperti ukraina yang gagal menyelenggarakan pengalihan kekuasaan dengan damai. Korbannya tidak hanya mereka yang berebut kekuasaan, tapi juga wanita dan anak-anak.
Golongan ektrimis yang memang tidak senang dengan perdamaian yang ada di Indonesia, tentu akan sangat menguntungkan mereka apabila kita gampang dihasut dengan isu-isu SARA. Jika kita bayangkan di Indonesia sampai terjadi konflik seperti di Timur Tengah, korban-korban nya adalah keluarga, sodara, bahkan anak-anak kita. Jangankan untuk memperjuangkan pendidikan yang layak, sekedar keselamatan dan pangan saja sulit didapat.
Keterbukaan pemerintah, diskusi dan urun rembug semoga terus dikedepankan, sehingga tidak ada saling curiga diantara rakyat Indonesia. Jangan sampai kaum ekstrimis mampu memindahkan konflik di Timur Tengah ke negara kita.
Salam,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H