Ukhti, sesungguhnya aku sangat iri padamu saat aku melihat di kala ukhti masih kecil dan orangtua mu mengajarimu segala aturan-aturan hidup yang islami.Aku sangat iri dimana dengan kasih dan sayang mereka mengajarimu mengaji, mengajarimu sholat dan memberikanmu ilmu-ilmu akhirat. Segala yang di halalkan dan segala yang diharamkan tentu dengan mudah engkau ketahui ya ukhti. Segala aturan, tata cara, dan gaya hidup yang islami tentu sangat kau ketahui ya ukhti. Di umur belasan tahun pasti engkau telah lancar membaca Qur'an, bahkan telah hafal beberapa juz. Engkau sangat senang menjadi anak sepasang ustadz dan ustadzah yang sangat disegani oleh masyarakat di sekelilingmu.
Tapi pada saat engkau beranjak dewasa seakan bukan sepasang malaikat berwujud manusia itu lagi yang membuatmu bahagia. Seakan-akan ada orang lain yang lebih baik dari orang yang telah Allah kirim untukmu.Ya ukhti, sesungguhnya apa yang membuatmu menjadi jenuh dengan kehidupanmu yang sangat membuatku iri itu? Apakah gejolak kawula muda membuatmu melupakan segala yang telah orangtuamu tanamkan dalam-dalam di hatimu?Ukthi, sesungguhnya jika aku boleh memilih aku ingin terlahir dari keluarga sepertimu. Dimana aku bisa dengan bangga menunjukkan manfaat dari keaktifanku dalam organisasi Islam. Dimana aku bisa menunjukkan pada semua orang mana yang benar dan mana yang salah dalam pandangan agama.
Ukhti, jika Allah tak memberiku rasa haus akan ilmu agama mungkin saat ini aku masih konser tengah malam di restoran cepat saji. Bukan berarti mereka yang konser disana tidak mengerti agama, tapi aku jadi menyadari kodratku sebagai wanita yang harus bisa menjaga nama baik keluargaku bagaimanapun bentuk keluargaku saat ini. Walaupun mungkin mereka lebih bangga melihatku berjingkrak-jingkrak dari panggung ke panggung. Dan akupun mulai merindukannya. Bila mengingat semua itu rasanya aku masih ingin berusaha meraih mimpi-mimpi itu. Tapi aku menyadari masih banyak jalan untuk membahagiakan kedua orangtuaku.
Ukhti pernahkah terpikir darimu seberapa banyak airmata yang tumpah dari mataku untuk keinginan berhijab sedangkan banyak yang dengan mudah melepaskan lagi jilbabnya demi duniawi. Ukhti ini Indonesia, negara mayoritas muslim yang akan mendukungmu untuk terus menutup auratmu. Ukhti jangan sampai pekerjaan membuatmu melepaskan indahnya dan nyamannya uluran jilbabmu. Ukhti Allah telah berjanji bila kamu meninggalkan sesuatu demi agama Allah maka Allah akan mengganti sesuatu itu dengan yang jauh lebih baik dari pada yang telah kamu tinggalkan itu. Ukhti percaya kan dengan janji-janji Allah? Aku yang masih minim pengetahuan agama saja percaya, masa ukhti yang sudah mengerti masih kalah dengan tuntutan duniawi?
Ukhti taukah kau impian terbesarku selain menjadi istri dan ibu yang solehah di keluarga yang Islami? Impian itu adalah menjadikan keluargaku saat ini menjadi keluarga yang memandang segala sesuatunya secara Islami. Aku tau itu bukanlah hal yang mudah. Namun tak ada yang tidak mungkin bukan? Inilah yang membuatku terkesan sangat haus dan rakus dengan ilmu-ilmu agama. Bahkan aku ingin terus nekat agar ilmu-ilmu yang kurasa masih sangat amat jauh dari ilmu yang sekarang aku ketahui dapat aku ketahui secepatnya. Karena aku ingin impian-impian itu tak hanya menjadi sekedar impian. Karena aku ingin segala sesuatu yang berhubungan dengan duniawi dapat dipikirkan dalam pandangan agama juga.
Ukhti, aku sangat terharu dengan seseorang yang senantiasa membimbing dan melindungiku dengan caranya yang indah. Dialah sahabatku ukhti, sahabat yang telah membuka mataku bahwa aku tak sendirian dalam perjuangan berat ini. Dialah orang yang bisa merubah pemikiranku tentang duniawi dengan caranya yang unik. Dialah seseorang yang telah memberikan kado ulang tahun terindah dalam hidupku.
Tapi ukhti aku senantiasa bersyukur dengan keluargaku saat ini. Karena merekalah yang telah membuatku hingga menjadi sebesar ini dan merekalah yang telah mengarahkanku hingga aku masuk dalam kampus tarbiyah ini yang tadinya tak sama sekali keinginanku untuk melirik kampus ini. Walaupun orangtuaku bukanlah seorang ustadz dan ustadzah yang sering memimpin pengajian, namun merekalah inspirasiku hingga aku bisa menjadi seperti sekarang dan ayahlah orang yang menginspirasiku hingga aku memiliki tekat untuk bisa merubah segalanya menjadi lebih baik.
Ukhti saat ini aku tak ingin memilih orang tua lain, aku sangat amat bahagia dengan orang tuaku yang sekarang. Aku talah menyadari bahwa peranan dan sifat kedua orangtuaku yang is the best. Terlebih mama yang menjadi super human di rumah dan papa yang menjadi super man dalam perjuangannya memimpin keluarga dan bertanggung jawab atas segala keperluan keluarga. Merekalah malaikat-malaikat berwujud manusia yang telah Allah kirim untukku, adik dan kakakku. ^_^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!