Mohon tunggu...
Dewi Ronestya
Dewi Ronestya Mohon Tunggu... -

Mencoba menuangkan apapun yang ada di pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pacar = Suami, Insya Allah

7 Oktober 2013   22:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:51 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa sih yang kalian pikirkan tentang pacar? apa sih yang kalian pikirkan soal pacaran? apa sih yang membuat kalian ingin pacaran? banyak hal yang bisa ditanyakan dengan kata pacar. Tapi apa sih manfaat pacaran? Banyakan mana antara manfaat dan mudharatnya?

Ya aku adalah salah satu korban pacaran. Sepertinya belum lama aku jalan sana jalan sini, jalan sama si A, besoknya jalan sama si B, besoknya lagi jalan sama si C, dst. Di hari yang sama SMSan dan telfonan dengan mereka dan sama-sama sayang-sayangan. Aku anggap itu sebagai kesenangan duniawi. Ibarat kata itu mumpung masih muda, setianya nanti aja kalau sudah menikah. Namun apakah bisa segampang itu? Ternyata tidak. Lambat laun mereka menyadari bahwa mereka bukanlah satu-satunya, tapi anehnya mereka tidak juga minta putus seperti yang di sinetron-sinetron, tapi mereka berharap di pertahankan, kenapa? Lagi-lagi katanya karena cinta. Cinta dengan siapa? Dengan yang belum halal baginya. Dengan orang yang setiap saat bisa disahkan dengan orang lain. Pada saat mencoba setia ternyata sulit, karena masih saja ada perasaan khawatir akan terjadinya perselingkuhan seperti yang pernah aku lakukan. Jadi tak ada ketenangan dalam hubungan yang semu ini.

Dari situ aku berpikir. Aku terlalu banyak menghabiskan waktu untuk memikirkan orang yang bukan hakku. Aku terlalu banyak berkorban demi orang yang bisa saja besok sudah tidak tersenyum untukku lagi. Atau bisa saja hari ini masih adem ayem tapi besoknya sudah saling menjelekkan satu sama lain. Aku mulai jenuh dengan hal-hal yang seperti itu, toh manusia memang tidak ada yang sempurna. Mau di cari sampai ujung dunia pun tak akan ada yang sesuai dengan harapan kita, seperti halnya aku sebagai manusia biasa yang sangat amat banyak kurangnya. Komitmen semu dengan di bumbui kebohongan, entah sadar atau tidak manusia yang jatuh cinta lebih mengutamakan sang pacar dari pada keluarga, sahabat, bahkan orang tuanya. Walaupun terakhir sangat jelas ku ingat jika aku lebih suka mempermainkan perasaan mereka toh mereka masih saja dikuasai cinta semu itu. Tapi aku sudah lelah dengan komitmen semu itu, bagiku itu hanya pengekangan dari kebebasan berekspresi dan seseorang yang seenaknya mencampuri privasi serta ingin tau segala privasiku. Aku tak ingin lagi menyakiti kalian, aku tak ingin lagi mengumpulkan dosa-dosa bersama perasaan yang seharusnya jadi pondasi dalam membina keluarga. Seharusnya perasaan sesuci dan sesakral itu hanya diberikan kepada orang yang benar-benar halal untuk kita.

Solusinya? Aku tak memaksa kalian bisa menjalani atau tidak, tersiksa memang aku merasa sangat amat tersiksa bila harus menjauhi orang yang selama ini tersenyum untukku, menangis untukku, menghiburku saat aku sedih, tertawa bersamaku, bertengkar dengan masalah yang sama, aku merindukan sesosok makhluk yang Tuhan ciptakan itu. Tapi aku sadar betul apa resiko bila bertahan di posisi itu. Karena sekarang aku sedang berusaha untuk mengalihkan perhatianku pada hal-hal yang lebih bermanfaat lainnya. Lagipula aku juga mempunyai orang tua yang sangat mencintaiku, aku punya keluarga yang bisa menerimaku apa adanya, aku juga punya sahabat-sahabat yang selalu ada untukku saat suka maupun duka. Jadi apa yang di khawatirkan dengan tidak berpacaran? Dekatkan diri pada Allah dan Allah akan membuatmu senantiasa nyaman dengan syariatnya. Justru rasa aman dan nyamanlah yang akan muncul dari menghindari maksiat itu.

Sekarang yang ada di pikiranku adalah melanjutkan perjuangan di perguruan tinggi ini, mencari sekeping emas, dan berdoa agar Allah selalu memberikan jawaban yang bisa ku pahami atas segala tanyaku. Ya aku memang tidak pintar dalam menerka-nerka tujuan Allah memberikan jalan seperti ini padaku. Aku harus berpikir keras dan menangis semalaman untuk mengerti dan memahami apa yang sebenarnya ingin Allah tunjukkan padaku. Aku yakin bahwa Allah berikan yang terbaik untuk seluruh umatnya. Dan sekarang aku tidak perlu bimbang dengan segala yang berhubungan dengan pasangan, Allah sudah menyediakan seseorang yang istimewa dan terbaik untuk membimbingku dunia akhirat. Tak lagi ada keraguan. Sekarang keraguan telah berganti dengan keyakinan akan rencana Allah yang sangat amat indah melebihi apa yang manusia bayangkan. Aamiin Aamiin Ya Robbal Alaamiin ^_^

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun