Mohon tunggu...
Dewi Ronestya
Dewi Ronestya Mohon Tunggu... -

Mencoba menuangkan apapun yang ada di pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Olokan adalah Penyemangatku

6 Oktober 2013   11:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:55 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fanatik, aku sempat ingin tertawa terbahak-bahak saat ada orang yang berkata seperti itu padaku. Jika aku yang masih begini saja dibilang fanatik bagaimana dengan kawan-kawan yang lebih dahulu berkecimpung dalam Rohis dan organisasi-organisasi Islam lainnya? Mungkin mereka tidak akan berkedip bila melihat segala aktivitas yang dilakukan kawan-kawan itu. Aku juga tidak mengerti dari sisi mana mereka melihat kefanatikan itu pada diriku, padahal jika diperhatikan sekilas saja segala tingkah lakuku masih sangat amat jauh bila dikatakan fanatik yang sebenarnya. Jadi dari mana kata itu bisa terpikirkan oleh mereka?

Mungkin bila mereka hanya berkata berubah aku masih akan meng'iya'kan, karena jangankan mereka, orang-orang terdekatkupun (keluarga) merasa betul perubahan pada diriku. Tapi jika perubahan itu ke arah yang baik apakah harus ada kontra? Jika perubahan itu untuk menyudahi segala kezaliman pada diri sendiri apakah harus dimusuhi? Ya kembali lagi pada kodrat kita sebagai manusia, memang selalu akan ada pro dan kontra. Yang harus dilakukan hanyalah bersyukur, ya mungkin agak ganjil bila rasanya saat dijelek-jelekkan orang lain kita malah bersyukur. Tapi mereka yang menjelek-jelekkan kita, mereka yang kontra dengan kita, bahkan mereka yang memandang kita sebelah mata sesungguhnya mereka itulah orang yang lebih memperhatikan kita. Bahkan mereka bukan hanya memperhatikan, karena mereka juga memberikan kritik bila yang kita lakukan masih salah. Jadi, apa tidak sepatutnya kita bersyukur dengan keberadaan mereka? Justru mata mereka melihat lebih jernih untuk mengomentari segala kekurangan kita dalam menjalankan syariat Allah.

Aku sangat amat menyadari jika ilmuku belum ada apa-apanya, aku juga belum bisa berbuat apa-apa, menjadi sesuatupun belum bisa. Namun aku yakin Allah memberikan jalan yang terbaik untuk seluruh umat manusia. Tak peduli manusia itu pengoleksi dosa ataupun seorang Muhajidin-Muhajidah, Allah sudah menyediakan tempat terbaik untuk mereka. Jadi, memang tak ada kekhawatiran apapun dalam hati ini karena aku sudah yakin dan sangat amat yakin akan janji Allah kepada seluruh umat manusia. Tidak perlu memikirkan kekhawatiran-kekhawatiran lain, karena yang harus kita lakukan saat ini adalah menjalani setiap langkah kaki dengan pahala, menyertakan setiap hembus nafas dengan bertasbih kepada Allah. Ya semua terasa lebih indah karena Allah akan menyertai setiap langkah kita. Bukan seperti dahulu yang setiap langkah kita disertai seruan-seruan menjerumuskan.

Dan berubahpun tak semudah apa yang dibayangkan. Dahulu aku berpikir mungkin dengan berubah aku tak akan lagi dipandang wanita ‘nakal’ yang pulang tengah malam atau dini hari, bahkan baru pulang keesokan harinya. Walaupun aku tak melakukan hal yang aneh-aneh dan memang mereka tak tau dan tak mau tau dengan apa saja yang aku lakukan, yang pasti mereka hanya melihat dan mendengar aku pulang selarut itu sehingga pikiran negatifpun lebih banyak menyelimuti pikiran mereka. Tapi aku menyadari walaupun sebenarnya aku tidak melakukan hal yang aneh-aneh dengan pulang selarut itu tapi ternyata posisiku tetap salah karena aku wanita dan diluar sana aku tidak untuk mencari pahala ataupun ilmu dunia akhirat, tetapi mencari popularitas duniawi dan hanya duniawi. Dan lagi-lagi dari kritiklah hatiku digugah.

Maha Besar Allah yang telah memberikan begitu banyak petunjuk padaku yang aku selalu meremehkan dan menganggap segala kebaikan adalah suatu keburukan. Namun Allah dengan sabar senantiasa mengalirkan dengan deras segala petunjuk-petunjuknya hingga kini aku telah dapat tersenyum dan menyadari adanya hikmah atas kejadian yang ada dan menerima dengan ikhlas segala yang terjadi di masa lalu. Segala ingatan itu mungkin akan terus ada, namun inilah yang akan ku jadikan pondasi agar tak lagi terulang kesalahan yang sama.

Dan lagi-lagi olokan beserta sindiran masih jelas terdengar saat aku telah memutuskan untuk berhijab. Ya mungkin aku dianggap masih main-main dengan hijab ini, dan aku tidak akan berkata apapun untuk membela diri dan menyangkalnya karena aku hanya bisa meminta kepada Allah disetiap harinya agar Allah senantiasa meneguhkan hatiku dan memperkuat imanku sehingga aku tidak tergoda akan duniawi yang berlebihan. Dan sekali lagi sindiran itu menjadikanku semakin teguh untuk tidak main-main dengan komitmen. Senyuman-senyuman mereka akan kelengahanku ku jadikan sebuah teguran untukku bisa memperbaiki diri dari hari ke hari walaupun pada nyatanya itu sangat amat sulit. Namun tak ada yang tidak mungkin, jika Allah sudah berkehendak maka apapun bisa terjadi. Dan aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan akan hidayah Allah yang sebenarnya sudah Allah kirimkan padaku berkali-kali di kesempatan sebelumnya.

Rasanya seperti tak percaya pada diri sendiri jika melihat diriku yang beberapa bulan silam, walaupun memang saat ini aku masih biasa saja, namun rasanya segala kegiatanku saat ini berubah 180 derajat dari masa lalu, dan kesibukan akan kehausanku dengan popularitas berubah menjadi kehausan akan kehidupan dunia yang berlandaskan akhirat, Insya Allah. Saat ini bagiku tak ada waktu untuk menangisi masa lalu, tak ada waktu untuk menangisi kata orang. Karena saat ini yang aku inginkan hanyalah ilmu, ilmu dan ilmu. Ilmu yang akan mengantarkan umat manusia pada surga-Nya. Aku ingin berjalan satu barisan dengan Rasulullah di akhirat nanti. Aku ingin menjadi anak solehah yang menyelamatkan kedua orangtuaku dari api neraka. Dan semua itu tak akan bisa terjadi tanpa kritik, saran, sindiran, bahkan olokan dari umat manusia.

I <3 Allah

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun