Tidak terasa sudah 31 edisi Saturday Morning menyapa anda, tulisan yang berawal dari kegelisahan saya dan juga untuk mengisi setiap sabtu pagi yang selama 8 bulan ini lowong karena pandemi, kini kemudian bisa semakin rutin menyapa di setiap sabtu pagi melalui kanal kompasiana. Dan entah kebetulan atau tidak, 2 edisi dari Saturday Morning, Â hari ini dan minggu depan bertepatan dengan hari kedua natal dan juga tahun baru.Â
Bagi para pembaca yang merayakan saya ucapkan, Selamat Hari Natal 2020, semoga di hari raya natal ini semakin memberi keberkahan, serta kebaikan bagi setiap umat manusia. Dan juga selamat menyongsong tahun baru 2021 bagi anda sekalian, semoga semakin baik dan lancar di tahun baru ini.
Ngomong-Ngomong soal hari natal ini, kan selalu identik dengan libur panjang serta akhir tahun, tapi apa daya pandemi memaksa kita untuk lebih banyak berdiam diri di rumah dan banyak merenung, setahun kebelakang ini apa yang ada lakukan ya. Kalau saya pribadi paling sering di akhir tahun diisi tidur dan merenung pengalaman hidup saya selama setahun, baik itu sisi baik maupun buruknya supaya dapati dijadikan pembelajaran kedepannya.Â
Cerita soal merenung, saya ingat sebuah peribahasa yang bunyinya "sudah jatuh, tertimpa tangga lagi pula". Rasanya pas untuk menggambarkan tahun ini, sudahlah perekonomian melesu di berbagai sektor, tak sedikit juga mengalami penurunan pendapatan, atau bahkan kehilangan pekerjaan di tahun ini. So, bersyukurlah anda yang masih dapat bekerja walau di tengah kondisi pandemi seperti ini.Â
Di tengah keprihatinan yang diimbangi dengan rasa syukur, ada pertanyaan yang menggelitik saya, ingin menanyakan dari sisi anda, Â bagaimana dengan anda? Apakah peribahasa Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga lagi juga kemudian sangat pas dengan diri anda saat ini? atau malah jangan-jangan biasa-biasa saja. Ya Semoga Saja semua tetap baik ya.Â
Apapun kondisi anda saat ini, dalam beberapa kesempatan peribahasa ini seringkali muncul akibat kita salah dalam mengambil keputusan. Yaps salah dalam mengambil keputusan, Manusia sendiri itu sering kita katakan sebagai mahluk indivdual yang sekaligus sebagai Homo Socius, jadi sangat wajar jika kencenderungan kita sebagai manusia lebih banyak untuk mementingkan diri sendiri dibandingkan dengan kepentingan orang lain.Â
![dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/12/22/uhuy-5fe21ac9d541df57eb790ad2.jpg?t=o&v=770)
Dalam sebuah survei untuk tugas, teman saya dari Universitas Sanata Dharma memuat sebuah hasil penelitian bahwa 75% dari 60 orang yang disurvei memilih untuk menyimpan dengan rapat masalahnya, ketimbang diketahui oleh orang lain.Â
Walaupun untuk tugas setidaknya itu bisa sedikit menggambarkan bahwa seringkali orang itu lebih memilih untuk menyimpan rapat sendiri ketika ada masalah, dan enggan untuk menceritakan kepada orang lain. Apalagi dalam setiap hidup pasti ada masalah, tidak mungkin 100% hidup manusia bisa mulus dan lancar-lancar saja tanpa ada hambatan. Justru masalah dan hambatan itu yang membuat orang menjadi naik kelas. Hal ini saya percayai karena setiap orang pasti punya masalah, hanya level masalahnya saja yang berbeda-beda. Â Â
Justru yang terpenting sekarang, adalah bagaimana anda dalam menghadapi masalah tersebut, pilihannya sudah barang tentu bisa survive atau jangan-jangan malah kalah dengan masalah tersebut. Tentu anda bisa intropeksi diri, akhir tahun menjadi waktu yang pas untuk menilai bagaimana cara anda tahun  ini dalam menghadapi masalah-masalah yang datang menghadang anda tersebut?.Â
Ngomong-ngomong soal masalah, saya teringat pertemuan saya dengan Mas Ipul (petugad parkir kampus atma jaya jogja) beberapa bulan yang lalu. Dalam perbincangan itu, kami bercerita soal masalah-masalah yang kerap kali mendatangi hidup.Â