Pagiku cerah, Matahari bersinar Kugendong tas merahku di pundak. Selamat pagi semua, Kunantikan dirimu... loh-loh kok malah jadinya nyanyi. Wkwkwk.Â
Yaps, Pagi ini tidak seperti biasanya, saya mencoba menulis Saturday Morning sembari menikmati bubur ayam plus kuah ditambah teh hangat, yang sudah di-idam-idamkan sedari tadi malam. Berita soal hiruk pikuk di sana-dan sini masih terus mewarnai televisi pagi ini. Ahh, tak terlalu saya hiraukan, lezatnya sarapan lebih menguggah ketimbang nonton.Â
Tetapi aneh sekali, kenapa pagi ini ada rasa yang lain ya di lidah, tak seperti rasa biasa ketika saya makan bubur langganan. Setelah dipikir makin dipikir, tak ada yang aneh sebetulnya, buburnya sama tempat belinya di pengkolan depan, apa yang buat beda ya? Sungguh membingungkan!
Mencoba mencari benang merah, akhirnya ditemukan faktor penyebabnya, usut punya usut ternyata sang tukang bubur sedang sakit dan sang putra yang biasa menemani beliau berjualan yang kemudian naik takhta menggantikannya untuk meracik bubur ayam tersebut.Â
Arghhh, pantas saja rasanya menjadi tidak seperti biasa saya makan. Atau Istilah lainnya tidak asli atau tidak seperti biasa. Isitilah tidak asli ini yang kemudian sering dikenal dengan istilah autentik. Autentik sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia  berarti bahwa dapat dipercaya, asli, tulen, dan sah. Jadi kalau kita mengartikan autentik itu sendiri bermakna tidak palsu, tidak meniru, orisinil, atau asli.
Penggunaan kata autentik itu sendiri kemudian banyak diwujudkan atau dicobakan pada banyak produk. Ambil contoh sebuah brand produk yang kemudian melabeli dirinya dengan tulisan autentik.
Macam-macam model penggunaan autentik ini sebenanya, dimulai dari tulisan atau tagline 100% autentik sampai ada yang extreme yaitu dengan garansi uang kembali, apabila produk yang didapat tidaklah asli.Â
Pembicaraan soal autentik tak hanya sampai disitu, ternyata ada beberapa alasan yang menjadi acuan suatu produk melabeli dirinya dengan sebutan autentik, misalnya dikarenakan untuk memberikan jaminan soal kualitas atau kemudian menjamin keaslian produk yang didapat. Beda-beda kan caranya? Kalau Anda?
Cerita-cerita soal autentik sendiri, sebetulnya menjadi bahan yang menarik karena terkadang saya melihat banyak orang yang mempertanyakan mengenai keautentikan dari sesuatu. Untuk menguji keautentikan itu sendiri dapat muncul dalam rupa pertanyaan atau pernyataan.Â
Sebagai Contoh bisa saja ada yang menyenangi  sesuatu produk atau jasa karena keautentikannya atau keasliannya, namun bukan tak jarang pula ada juga yang bisa tiba-tiba menjadi tidak senang akan sesuatu karena suatu produk itu tidak autentik seperti biasa-nya ia beli.Â
Bicara soal keautentikan inipun tidak hanya bisa  kita bicarakan dalam soal produk atau jasa saja, tetapi sering juga hal ini bisa kita bicarakan dalam kehidupan anda khususnya yang terkait dengan kebiasaan-kebiasaan yang kemudian membentuk kepribadian anda.Â