Mohon tunggu...
Ronald Anthony
Ronald Anthony Mohon Tunggu... Dosen - Penulis Lepas

Hanya seorang pembelajar yang masih terus belajar. Masih aktif berbagi cerita dan inspirasi kepada sahabat dan para mahasiswa. Serta saat ini masih aktif berceloteh ria di podcast Talk With Ronald Anthony on spotify.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Saturday Morning #8 - "Kala Hidup di-"Offline"-kan"

18 Juli 2020   09:00 Diperbarui: 18 Juli 2020   09:02 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Halo semua, saturday morning kembali menyapa anda di minggu yang kedelapan ini. Edisi ini saya akan menjawab beberapa  pertanyaan dari rekan-rekan sekitar termasuk mahasiswa saya. Hal ini cukup menggelitik saya jadi begini semalam saya bertemu dengan beberapa mahasiswa, sekedar untuk berkonsultasi dan bercerita tentang kehidupan perkuliahan atau kehidupan pekerjaan yang sedang mereka jalani.

Ada satu pertanyaan mengelitik yang membuat saya terkekeh riang. Sederhana saja pertanyaanya yaitu "Mengapa Sir tidak memilih Online atau menggunakan messenger seperti Whatsapp atau  Line dan sebagainya?, susah cari sir oii!". Begitulah bunyi pertanyaannya yang memang itu sudah sering muncul menghinggapi saya bahkan lebih jauh pertanyaan itu muncul sudah ketika saya memutuskan untuk mengofflinekan hidup saya di sekitar tahun 2015. 

Koleksi pribadi
Koleksi pribadi
Pertanyaan tersebut jika ditanyakan ke saya maka mudah saja menjawabnya pada waktu itu  yaitu pertama handphone yang biasa saya gunakan yaitu Sony Xperia-J dalam kondisi rusak dan sering hang. Malahan, ada yang patut saya syukuri rusaknya tersebut membuat saya terputus dengan dunia luar blasss. Sehabis itu, saya setelah beberapa kali coba diperbaiki ternyata masih tidak baik seperti sedia kala.

Akhirnya, saya memutuskan untuk kembali kepada handphone lama saya yaitu Blackberry Gemini Curve 8520 yang waktu saya beli sedang ngetrend-ngetrendnya bahkan dianggap keren pada masa itu jika punya handphone dengan model itu. Thanks for this cute blackberry, papa and mama.

Kembali dengan handphone lama yaitu  blackberry, maka kembali pula saya dengan kebiasaan lama saya yaitu malas mengisi paket data. Toh, pada masa itu blackberry keunggulannya adalah hanya di Blackberry Messenger. Untuk sekedar browsing atau lain sebagainya bisa sih tapi setelah dibandingkan dengan android kok malah jadinya ngak compatible. Akhirnya anda sudah bisa menebak hasilnya, praktis saya hanya menggunakan blackberry tersebut hanya untuk telepon dan sms. Handphonenya smartphone tetapi caranya tetap old school hanya untuk sms dan telepon.

Alhasil, teman-teman saya di kampus  memarahi saya habis-habisan karena susah sekali untuk menghubungi saya. Dan entah mengapa, saya merasa sangat nyaman sekali untuk kondisi seperti ini, handphone hanya untuk kedua fungsi itu.

Saya tak pernah lagi was-was kalau ada tugas atau ujian yang menanti atau dikerjakan. Hal ini karena saya lebih banyak untuk menggunakan indra saya untuk bekerja lebih efektif untuk mendengarkan dan berusaha mengingat. Karena saya merasa ketika ada handphone bawaanya menjadi panik apakah ada tugas ini atau itulah, apakah ada ujian ini itulah. Sungguh, terkadang membuat saya setiap hari was-was dan mudah khawatir kalau-kalau ada yang ketinggalan.

Tetapi ya begitulah, saya merasa ketika ada handphone terkadang bukan mempermudah tapi selalu membuat was-was belum lagi fungsi indra kita tidak digunakan dengan baik karena terkadang kalau ada handphone, biasanya kondisi yan terjadi adalah nanti kan kita bisa nanya teman yang lain sajalah jika ada yang ketinggalan dan sebagainya.

Begitu  handphone saya rusak dan indra yang saya punya berusaha untuk dimaksimalkan maka hasilnya sangat luar biasa. Mencatat dapat dengan lebih baik, tak perlu khwatir ada tugas atau ujian yang terlewat karena semua benar-benar dimaksimalkan indra pendengaran saya.

Ahh indahnya  ketika semua pemberian tuhan itu bisa difungsikan dengan baik. Meskipun begitu tidak berarti saya menutup diri seutuhnya, di semester akhir dari perkuliahan saya semua mahasiswa tak terkecuali saya adalah harus menyelesaikan sebuah tugas akhir yang disebut skripsweet eh salah skripsi maksud saya wkwkwk. Dan pada masa itu semua masing-masing yang memiliki satu dosen pembimbing yang sama membuat grup bimbingan entah di Whatsapp atau di grup line. Menyebalkan,  saya yang mencoba konsisten untuk hidup offline mau tidak mau harus mengikuti hal tersebut. Karena, resikonya tidak main-main banyak informasi soal  bimbingan, kapan kedatangan beliau ke kampus semua dipantau dengan satu hentakan jari saja. Yang berarti, kalau saya mencoba konsisten maka alamatlah saya menjadi mahasiswa abadi.

Apa pilihan saya beli handphone baru?  ahh saya rasa terlalu munafik sebuah handphone baru untuk sekedar bimbingan saja. Dan teringatlah saya bahwa saya memiliki sebuah tab yang masih mumpuni. Akhirnya jejaring sosial saya  seperti line dan Whatsapp saya install disitu. Itulah kemudian cikal bakal grup bimbingan kami yang dikenal sebagai "Kanjeng Mami Squad" yaitu grup line yang berisi anak-anak satu bimbingan dospem Ibu Dr. Y. Sarimurti W, S.H, M.Hum salah satu dosen di Atma Jaya Yogyakarta yang konon kabarnya nama grup itu masih dilanjutkan hingga angkatan-angkatan sesudah kami. Apakah Bahagia sesudah kembali online? ahh saya terlanjur nyaman dengan dunia saya yang offline sehingga sekarang malah rasa panik  itu muncul terus, rasa yang kemarin pernah ada ketika menggunakan handphone cielahh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun