Yin dan Yang adalah filosofi Tiongkok kuno. Dengan lambang hitam dan putih membagi suatu lingkaran sama rata serta adanya titik hitam dalam bagian putih dan titik putih dalam bagian hitam memperkuat rasa kesamarataan. Â Dalam filosofi ini Yin berarti dingin dan Yang berarti panas. Perempuan dianggap mempunyai hawa Yin dan laki-laki memiliki hawa Yang.
Filosofi ini bermakna keseimbangan, tidak ada yang lebih dominan. Mungkin konsep surga dan neraka, malaikat dan iblis berasal dari filosofi ini atau malah sebaliknya. Saya kurang tahu. Pengobatan tradisional Tiongkok berlandaskan pada filosofi ini, bahkan makanan juga bisa dibagi Yin dan Yang.
Seni bela diri Tai Chi juga berlandaskan filosofi Yin dan Yang, jika musuh menyerang dengan keras akan dilawan dengan kelembutan dan sebaliknya jika musuh menyerang dengan lembut akan dilawan dengan kekerasan.
Di dalam kehidupan sehari-hari, sering kita temui dualisme ini. Ada gelap dan terang, kebaikan dan kejahatan, benci dan cinta dan masih banyak lagi.
Pengalaman pribadi, saya pernah terkena penyakit kuning (lever) dan tidak ada nafsu makan. Karena setiap kali makan akan langsung mual dan muntah. Selama dua minggu, saya hanya bisa makan buah pear coklat dan minum teh manis. Awal minggu ketiga, keluarga saya membelikan bubur. Bubur yang paling nikmat yang pernah saya nikmati sampai sekarang. Mungkin karena saya tidak makan apa-apa selama dua minggu, tubuh saya bisa sangat menikmati makanan yang pertama kali dimakan.
Pada zaman kuda gigit besi, saya masih menyukai dugem. Saya sangat menikmati minum sampai typsy (seimbang antara mabuk dan tidak), tidak sampai mabuk. Pada saat typsi saya bisa menyanyi dengan bebas, berdansa dengan bebas dan lainnya. Mabuk tidaklah mengenakkan, muntah dan sakit kepala pada pagi harinya.
Terkadang saya bertanya," apakah anak-anak yang dilahirkan kaya raya, bisa merasakan kenikmatan kekayaan itu?" Atau hanya terasa biasa saja. Mungkin saja karena kaya terasa biasa saja, mereka mencari sensasi lain seperti narkoba, mabuk dan lain sebagainya. Apakah jika mereka sekali-kali tidak diberikan uang dan harus mencari uang sendiri bisa menjadi penyeimbang?
Banyaknya orang yang sampai bekerja lebih dari 18 jam per hari, membuat saya bertanya. Apakah memang penghasilannya tidak cukup? sampai harus bekerja begitu keras, sehingga keluarga bukanlah lagi menjadi prioritas utama. Bukankah mencari uang adalah demi keluarga. Kapankah orang-orang ini menikmati hidup?
Stress mencari uang mungkin bisa diatasi dengan keseimbangan dalam melihat situasi dunia. Selain melihat ke atas agar memiliki motivasi untuk terus bekerja keras, kita juga harus melihat ke bawah agar bisa bersyukur.
Rasa manis akan terasa lebih nikmat jika kita pernah merasakan pahit.
Cinta akan terasa lebih menakjubkan jika kita pernah merasakan sakitnya dibenci.