Mohon tunggu...
Ronald Wan
Ronald Wan Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Love to Read | Try to Write | Twitter: @ronaldwan88

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sebuah Renungan Tentang Kehidupan dan Kematian

28 Juli 2017   09:26 Diperbarui: 30 Juli 2017   00:17 8274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perjalanan hidup manusia (http://www.aaihs.org)

Setiap ada perjumpaan pasti ada perpisahan. Begitu juga dengan manusia yang lahir, pada akhirnya akan menghadapi kematian. Tidak ada yang kekal abadi di dunia fana, semuanya akan berubah cepat atau lambat.

Sebagai orang yang masih hidup, perlukah kita bersedih jika ada orang dalam lingkaran dekat kita yang meninggal? Di dalam kehidupan ini pasti akan ada masalah, kematian berarti orang sudah tidak lagi menghadapi masalah dunia fana. Apakah perlu disedihkan ? Bukannya sebaiknya disyukuri, bahwa orang yang meninggal sudah selesai tugasnya?

Kematian, bagi kita yang masih hidup seharusnya menjadi tanda atau peringatan bahwa suatu saat kita juga akan mati. Kita akan tinggalkan jasad yang merupakan kendaraan yang kita gunakan di dunia fana. Jiwa kita akan pergi ke tempat lain. Mungkin surga atau neraka, tergantung bagaimana kehidupan kita selama ini.

Sedih, boleh namun menurut saya janganlah berkepanjangan. Masih banyak tugas yang harus kita lakukan di dunia ini sebelum Tuhan memutuskan bahwa sudah waktunya kita pergi. Tugas untuk membesarkan anak, membahagiakan orang tua, berbagi kepada orang lain dan lainnya sesuai dengan peran yang kita pilih.

Apakah perlu takut dengan kematian? Kematian adalah suatu hal yang pasti, sampai saat ini belum ada teknologi yang bisa membantu manusia untuk menghindari kematian. Tanpa ada manusia yang mati bagaimana penuhnya dunia, mungkin alam juga tidak akan mampu menopang kehidupan karena begitu banyaknya manusia.

Dengan adanya sebuah kepastian, apa yang perlu ditakutkan?

Persiapan kita untuk menghadapi akhir dari kehidupan menjadi penting. Duniawi, mempersiapkan dana bagi keluarga yang ditinggalkan misalnya dengan membeli asuransi ataupun persiapan akherat antara lain dengan berbuat baik

Berdoa bagi jiwa orang yang meninggal, sudah seharusnya karena itu adalah sebuah kewajiban bagi yang ditinggalkan. Tetapi apakah jika jiwa orang yang meninggal masuk neraka, adalah  tanggung jawab kita?

Saya pikir tidak, hidup adalah sebuah pilihan. Bagaimana kita memilih untuk menjalani kehidupan adalah tanggung jawab kita masing-masing. Bukan tanggung jawab keturunan, kerabat atau teman,jika cara hidup yang kita pilih menyebabkan jiwa kita masuk ke neraka.

Akhir dari kehidupan, awal dari sebuah petualangan baru bagi jiwa.

Salam

Hanya sebuah renungan di pagi hari

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun