Mohon tunggu...
Ronald Wan
Ronald Wan Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Love to Read | Try to Write | Twitter: @ronaldwan88

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saya Diskusi dengan Aku, Apakah Saya?

8 Mei 2017   06:44 Diperbarui: 8 Mei 2017   09:05 803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (ChrisAkins.Com)

Dalam kehidupan sehari-hari, tidak ada cerita kita tidak menghadapi masalah. Baik masalah kecil, seperti menghadapi kemacetan menuju kantor ini ataupun masalah besar, seperti apakah sudah waktunya kita pindah tempat kerja?

Untuk mencari solusi terutama dalam menghadapi masalah besar, salah satu cara yang efektif adalah diskusi dengan orang lain. Bagaimana jika kebetulan tidak ada orang yang bisa diajak diskusi?

Saya diskusi dengan Aku, artinya adalah berdiskusi dengan diri sendiri. Saya selalu melakukan hal ini terutama dalam menghadapi masalah yang belum bisa didiskusikan dengan orang lain. Pengalaman pribadi, beberapa waktu yang lalu, saya merasa sudah kehilangan semangat kerja. Apakah sudah waktunya berhenti  bekerja dan memulai usaha sendiri?

Dalam menghadapi masalah seperti ini, biasanya kita sulit untuk berdiskusi dengan orang lain. Berdiskusi dengan keluarga, mereka akan sangat khawatir. Rekan kerja, bisa menimbulkan gosip yang bisa mempengaruhi karir, kalau memang akhirnya keluar tidak masalah. Kalau tidak? Diskusi dengan teman, biasanya nasehatnya hal yang sama, cari pekerjaan lain baru keluar.

Akhirnya Saya berdiskusi dengan Aku. Menimbang pro dan kontra, untung dan rugi, resiko yang dihadapi, bagaimana kalau gagal menjalankan usaha sendiri dan pertimbangan lainnya. Aku bertindak sebagai " Devil's Advocate", menunjukkan semua kelemahan pemikiran saya. Cukup lama saya lakukan ini, kurang lebih hampir satu tahun dan pada akhirnya saya memutuskan untuk menjadi pekerja mandiri setelah menyiapkan dana cadangan untuk menghadapi resiko gagal.

Setelah Saya berdiskusi dengan Aku dan memutuskan untuk mulai menjadi pekerja mandiri, baru saya mendiskusikan keputusan ini dengan keluarga dan teman. Untuk lebih memantapkan keputusan tersebut.

Aku, agar efektif dalam berperan sebagai lawan diskusi, harus punya ilmu dan pengetahuan yang cukup. Misalnya kita ingin membeli smartphone baru, kita bisa bertanya ke mbah Google, bagaimana review smartphone yang kita incar, apakah perlu kita beli smarphone yang harganya lebih dari Rp 10 juta? Atau smartphone yang harga Rp. 3 juta sudah memenuhi kebutuhan kita?

Dalam masalah yang lebih berat, misalnya investasi. Aku dan Saya harus belajar, apakah investasi itu? Bagaimana resikonya ? Apakah saya siap untuk kehilangan uang? Jika investasi tersebut mengalami kerugian. Apakah uang dingin itu?

Aku juga harus berusaha objektif, karena Saya biasanya lebih emosional dan subjektif. Aku tidak akan efektif jika berpandangan subjektif, sama dengan Saya.

Mempersiapkan Aku, suatu hal yang tidak mudah. Butuh waktu dan latihan, bukan berarti kita menciptakan persona baru tetapi lebih ke arah mampu menciptakan dua pandangan tentang satu masalah.

Saya berdiskusi dengan Aku, juga lebih efektif karena secara sadar ataupun tidak sadar, kita ada kecenderungan jaim dalam menghadapi orang lain. Walaupun orang lain itu keluarga sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun