Mohon tunggu...
Ronald Wan
Ronald Wan Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Love to Read | Try to Write | Twitter: @ronaldwan88

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Air, Guru dalam Mengarungi Kehidupan

11 Juni 2017   07:51 Diperbarui: 2 September 2017   20:40 1769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Air (Tribunnews.com)

Saya sering mendengar, orang mengatakan bahwa kita harus mengalir seperti air dalam mengarungi kehidupan. Apakah ini salah? Tidak juga, karena menurut saya bersikap seperti air yang mengalir bisa menjalani kehidupan dengan lebih tenang. Sebab tidak semua hal dalam kehidupan bisa kita kontrol, jadi kita bertemu hal yang demikian jalankan saja atau mengalir seperti air.

Tetapi di lain sisi, jika kita hanya mengalir saja tanpa berbuat sesuatu maka artinya kita pasif dan menganggap semuanya adalah nasib yang tidak bisa diubah. Terkadang walaupun kita bertemu dengan hal yang tidak bisa kita ubah. Kita bisa bersikap aktif, misalnya dengan mencari tahu penyebabnya dan mencoba agar bisa terhindar dari hal tersebut di masa depan. Sebagai contoh, kita dipecat dari tempat bekerja. Saya pikir jika ini terjadi, tidak ada atau sangat sedikit yang bisa kita lakukan untuk melawannya. Lah wong kita bukan yang punya perusahaan. Namun mungkin kita bisa bertanya apa alasan perusahaan memecat kita. Jika memang karena performa yang kurang baik, bisa kita perbaiki atau jika memang perusahaan bangkrut, selanjutnya bisa mencari pekerjaan di perusahaan yang lebih bonafid.

Bentuk air akan selalu mengikuti wadahnya. Di sungai, air akan mengikuti bentuk sungai. Di laut air akan mengisi semua celah yang ada. Di gelas, air akan mengikuti bentuk gelas. Ini yang saya sebut fleksibel atau mengajarkan kita untuk bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang kita tempati.

Bukan hanya wadah, air juga bisa menyesuaikan diri dengan suhu yang dihadapi. Jika dingin, air akan membeku. Panas, air akan menguap dan pada akhirnya turun kembali ke bumi dalam bentuk hujan.  Masih fleksibel, tetapi mengajarkan kita untuk bisa menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapi.

Dengan kelembutan aliran, air bisa menggerus batu hingga berubah bentuk. Tetesan air dari atap gua, bisa menyebabkan batu yang ada di dasar gua berlubang. Hal yang bisa kita pelajari adalah tidak hanya kekerasan yang bisa mengubah sesuatu, kelembutan juga bisa melakukannya walaupun waktu yang dibutuhkan lebih lama. Selain itu, sifat air ini juga mengajarkan, jika kita telaten maka hal yang sulit pun (seperti kerasnya batu) bisa kita ubah sesuai dengan keinginan kita. Dari satu langkah ke langkah berikutnya sampai kita berhasil, bagaikan air yang melubangi batu setetes demi setetes.

Dengan dorongan atau tahanan yang kuat,  air akan bisa bertransformasi menjadi sesuatu yang luar biasa dahsyat. Dorongan gempa, akan bisa merubah air menjadi tsunami yang sangat menakutkan. Bendungan, jika hanya menahan air dan tidak ada penyaluran. Bisa runtuh dan air di bendungan akan menjadi air bah yang akan menghancurkan semua yang menghalanginya. Ini kalau kita melihatnya dari sisi negatif. Kekuatan air di bendungan bisa membangkitkan listrik, dilihat dari sisi postif. Saya percaya, manusia juga memiliki kekuatan yang dahsyat yang bisa digunakan untuk hal positif maupun negatif.

Air adalah guru yang mengajarkan kita tentang cara mengarungi kehidupan.

Salam

Hanya renungan di pagi hari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun