Tetapi usaha ini tetap perlu dijalankan, karena diharapkan ketika ekonomi dunia membaik, minimal Indonesia sudah memahami kebutuhan pasar atau malah sudah berhasil membuka pasar di negara tujuan ekspor baru.
Neraca Dagang
Neraca dagang Indonesia di tahun 2019 ini sampai dengan September masih defisit USD 1,95 miliar. Walaupun lebih rendah jika dibandingkan dengan defisit Januari-September 2018 yang mencapai USD 3,78 miliar.
Rumus neraca dagang adalah ekspor minus impor. Sehingga ketika ekspor lebih rendah dibanding impor maka akan terjadi defisit. Defisit neraca dagang yang akan juga menambah defisit neraca transaksi berjalan.
Ketika ekspor sulit ditingkatkan karena pasar dunia melemah, untuk mengurangi defisit bisa dilakukan dengan mengurangi impor.
Terlihat dari grafik di atas kontribusi impor bahan baku dan penolong cukup tinggi terhadap total impor Indonesia. Mulai meningkat pesat pada tahun 2007.
Menurut Kemenkes 90 persen bahan baku obat masih impor. Industri tekstil masih impor 70 persen kebutuhan bahan baku. Sedangkan menurut Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia, 80 persen bahan baku kosmetik juga diimpor. Termasuk juga olahan sawit yang akhirnya diimpor kembali setelah diekspor dalam bentuk bahan mentah.
Melihat data di atas kesempatan untuk mengurangi impor masih sangat besar. Selain untuk mengurangi kebutuhan devisa, dengan adanya pabrik di Indonesia bisa meningkatkan lapangan kerja dan pasti ada pengaruh ke ekonomi nasional.
Dengan pasar yang besar seharusnya Indonesia bisa memaksa produsen bahan baku obat misalnya untuk mendirikan pabrik di Indonesia.