Alasan pertama menurut pendapat saya adalah banyaknya informasi yang tidak benar yang bersimpang siur baik dari mulut ke mulut ataupun di media sosial. Sehingga emak-emak PEPES bisa mengambil kesimpulan seperti itu dan melakukan kampanye mendukung Prabowo Sandi secara tidak etis serta melakukan tindak pidana menurut Mahfud MD.
Pertanyaannya adalah siapa yang menyebarkan informasi-informasi hoaks ini? Apakah oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab? Atau ada aktor intelektualnya?
Alasan kedua mungkin emak-emak ini sama seperti saya yang bingung tentang apa program yang ditawarkan oleh Prabowo Sandi? Sehingga dalam kampanye melakukan hal yang paling mudah dilakukan yaitu ajakan untuk tidak memilih Jokowi dibanding dengan ajakan untuk memilih Prabowo.
Mungkin juga program yang ditawarkan kubu 02 memang sangat canggih sehingga sulit untuk ditangkap oleh nalar saya yang terbatas.
Apakah perlu kampanye hitam?
Sebaiknya jangan dilakukan oleh pendukung Jokowi-Ma'ruf ataupun Prabowo Sandi. Lebih baik melakukan kampanye yang bercerita tentang keunggulan pasangan masing-masing atau kampanye positif.
Kampanye negatif masih boleh dilakukan. Misalnya dengan menyebut Jokowi salah data dalam debat Capres kedua tentang kebakaran hutan yang ternyata masih terjadi walaupun berkurang banyak dibanding masa sebelumnya. Atau tentang Prabowo yang mungkin kurang paham mengenai unicorn.
Jangan sampai kita akhirnya ditangkap polisi karena melakukan kampanye hitam. Dukunglah calon kita secara wajar dan jujur. Karena belum tentu tim sukses akan membela kita yang terkena kasus hukum akibat mendukung salah satu pasangan calon.
Belajarlah kepada Ratna Sarumpaet yang walaupun tetap loyal dengan salam dua jari pada saat disidang, tetapi tetap tidak ada yang membela. Malah disebut Mak Lampir oleh juru bicara BPN Â Prabowo Sandi, Andre Rosiade.
Salam
Hanya Sekadar Berbagi