Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari tentu saja di era industri ini kita perlu berbelanja ke pasar atau supermarket. Tidak banyak lagi orang yang membuat sendiri kebutuhan mereka, mungkin hanya sekadar mengolah bahan menjadi makanan jadi. Tetapi di era internet apakah kita tak perlu lagi belanja ke supermarket?
Perkembangan e-dagang di Indonesia sangat pesat. Beberapa tahun yang lalu, kita hanya bisa berbelanja barang-barang seperti gawai, baju, pernak-pernik, buku dan beberapa macam barang lagi.
Kemungkinan kecil jika kita mencari minyak goreng, sampo, sabun mandi atau sabun cuci, krim cukur rambut di e-dagang. Sekarang ini semakin banyak penjual dan pembeli barang kebutuhan sehari-hari tersebut di e-dagang.
Melihat potensi e-dagang, Unilever sebagai salah satu perusahaan produsen barang kebutuhan sehari-hari sudah mulai fokus ke arah ini. Bekerja sama dengan beberapa pengelola seperti Blibli,com, Lazada dan lainnya. Sehingga mampu memberikan harga yang relatif murah atau minimal sama dengan harga di supermarket.
Menjadi Konsumen Cerdas
Melihat perkembangan, saya pribadi sering kali melihat-lihat harga barang kebutuhan sehari-hari di e-dagang.
Sebagai contoh kemarin saya membutuhkan tisu wajah, setelah mencari dan membandingkan ternyata di situs inisial B menawarkan harga yang relatif murah. Beli dan bayar, eh dikirim pada hari yang sama padahal gratis ongkos kirim. Mungkin karena situs B memiliki logistik pengiriman sendiri sehingga bisa memberikan layanan lebih.
Pengalaman mendapatkan harga yang jauh lebih murah dibandingkan supermarket atau pasar tradisional ini bukanlah yang pertama kali. Tentu saja membandingkan harganya harus juga diperhitungkan dengan ongkos kirim yang harus dibayar.
Walaupun sebenarnya kalau pergi ke supermarket atau minimarket membutuhkan juga biaya parkir dan bensin minimal. Atau jika tidak menggunakan kendaraan maka membutuhkan tenaga untuk berjalan sedangkan belanja di e-dagang tenaga yang dikeluarkan tidak sebanyak itu.
Jika Anda ingin berhemat mungkin bisa meluangkan waktu sedikit untuk melihat-lihat e-dagang. Kata kuncinya adalah butuh bukan ingin sehingga tidak terjebak ingin hemat malah boros.Â
Kalau membutuhkan minyak goreng misalnya di awal bulan, sering kali e-dagang memberlakukan promosi sehingga kadang bisa lebih murah dibanding supermarket dan disertai dengan gratis ongkos kirim. Penghematan yang lumayan menurut saya.
Manfaatkan strategi bakar uang usaha rintisan agar kita bisa berhemat. Contoh lain lagi adalah transportasi daring. Bandingkan antara dua aplikasi yang ada sebelum memutuskan untuk memesan. Terkadang ada aplikasi yang memberikan diskon yang lumayan.
Tantangan bagi Pengusaha Ritel Modern
Masuknya perusahaan FMCG seperti Unilever ke e-dagang merupakan sebuah tantangan bagi pengusaha ritel modern. Artinya pangsa pasar bisa makin tergerus e-dagang. Apalagi bagi daerah macet macam Jakarta.
Mungkin yang sebaiknya dilakukan adalah dengan berkolaborasi dengan e-dagang seperti yang dilakukan minimarket A dengan e-dagang B. Sekilas pengamatan dari luar A memajang barang mereka di B sehingga bisa berharap penjualan mereka bertambah dengan memanfaatkan popularitas B.
Tetapi saya pikir bukan hanya itu yang bisa dilakukan. Kecepatan pengiriman adalah salah satu layanan yang sangat diperhatikan oleh konsumen e-dagang. Supermarket atau minimarket bisa menjadi tempat pengambilan barang oleh konsumen.Â
Selain itu juga bisa dikembangkan sebagai gudang kecil sehingga kurir e-dagang bisa mengambil barang di lokasi yang terdekat dengan alamat tujuan agar pengiriman bisa lebih cepat.
Bagi saya sudah tak perlu lagi belanja ke supermarket jika memang e-dagang memberikan harga yang minimal sama termasuk ongkos kirim. Mungkin hanya pergi ke supermarket untuk mendapatkan barang-barang yang belum tersedia.
Tulisan ini juga ditayangkan di situs pribadi penulis
Salam
Hanya sekadar berbagi